Surakarta, infojateng.id – Pondok Pesantren Al Muayyad Surakarta terus mendukung program nasional dalam percepatan pencegahan stunting dengan menggelar Focus Group Discussion (FGD) dan Deklarasi Forum Peduli Anemia Remaja Putri, pada Selasa (15/6).
Kegiatan ini menjadi momen penting dalam menyatukan langkah dan komitmen lintas sektor untuk mencegah anemia di kalangan remaja putri, khususnya di lingkungan pesantren.
Mengusung slogan “Remaja Bebas Anemia, Generasi Emas Indonesia” ini diprakarsai oleh Layanan Kesehatan Nahdlatul Ulama Jawa Tengah.
Dalam sesi FGD, para peserta menggali persoalan tingginya prevalensi anemia pada remaja putrisecara nasional mencapai 32%, di Jawa Tengah 57,7%, dan di Surakarta 56,2%.
Ketua Layanan Kesehatan NU Jawa Tengah, Dr. Aris Sunandar, S.Kep., Ns., M.Kes., menekankan bahwa akar masalah ini bukan hanya kurangnya konsumsi zat besi dan rendahnya kepatuhan terhadap tablet tambah darah (TTD), tetapi juga rendahnya edukasi serta terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan yang ramah remaja.
“Anemia berdampak luas: menurunnya konsentrasi belajar, peningkatan risiko komplikasi kehamilan hingga BBLR yang kontribusi terhadap stunting. Ini harus kita hentikan dari hulu, diantaranya santri putri di pesantren.” ujarnya.
Sementara itu, KH. Ubaidullah Shodaqoh, Rois Syuriah PWNU Jawa Tengah sekaligus Ketua Pengawas Layanan Kesehatan NU Jawa Tengah, menegaskan bahwa pondok pesantren adalah komunitas yang kuat dalam membawa perubahan sosial dan spiritual.
Oleh karena itu, menjadikan pesantren sebagai basis gerakan pencegahan anemia pada remaja putri merupakan langkah strategis dan efektif. “Ihtiar ini akan berkontribusi besar dalam menyiapkan generasi sehat masa depan. Utamanya di Pesantren yang hari ini lolos dari pantauan Pemerintah,” katanya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya menyinergikan nilai-nilai keagamaan utamanya bersuci dan makan-makanan sehat dan halal dalam keseharian santri di lingkungan pesantren.
FGD terbagi ke dalam empat kelompok lintas sektor, yakni: Kelompok Pemerintahan menekankan pentingnya kebijakan dan pebiayaan Pemerintah untuk Aksi Bergizi di pesantren, berupa konsumsi TTD secara rutin, skrining anemia saat penerimaan santri baru, pelaksanaan PHBS dan Germas, serta monitoring berkala terhadap asupan gizi.
Kelompok Pendidikan menyoroti perlunya payung hukum dan MoU antara pesantren dan Dinas Kesehatan untuk menjamin kehadiran tenaga kesehatan, edukasi berbasis teknologi, pemanfaatan dapur pondok untuk asupan zat besi yang bersumber dari peternakan dan perkebunan sekitar, pendirian klinik pesantren upgrade peran UKS dan Poskestren, pendampingan lintas sektor antara Dinas Pendidikan, Kemenag, dan Dinas Kesehatan, pembentukan pengawas minum TTD dan penerapan kebiasaan sehat melalui program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.
Kelompok Organisasi Kemasyarakatan menyuarakan pentingnya keterlibatan aktif pengasuh pondok dalam pengawasan kesehatan, fasilitasi TTD, promosi kesehatan melalui media sosial, dan kolaborasi pendirian klinik pesantren dengan puskesmas dan BPJS.
Kelompok Akademisi, Dunia Usaha, dan Media, perlunya penelitian tablet tambah darah yang tidak berdampak mual saat diminum, subtitusi gizi yang menari Gen-Z, program CSR berupa penyediaan alat skrining dan bahan pangan bergizi. Media sebagai media kampanye anti anemia dan pengawasan komitmen publik.
Pada kesempatan ini, dilakukan pula Deklarasi Forum Peduli Anemia yang diucapkan bersama oleh semua pihak yang hadir. Deklarasi ini berisi komitmen kuat untuk melakukan upaya promotiv, preventif dan kuratif dalam mengatasi anemia pada remaja putri di pondok pesantren, dengan butir-butir sebagai berikut:
Meningkatkan kesadaran akan pentingnya mencegah anemia pada remaja putri di pondok pesantren.
Menerapkan pola makan sehat dan bergizi seimbang bagi remaja putri di pondok pesantren untuk memenuhi kebutuhan zat besi.
Mengupayakan ketersediaan Tablet Tambah Darah (TTD) untuk remaja putri di pondok pesantren secara teratur sesuai anjuran.
Melakukan deteksi dini dan penanganan anemia pada remaja putri di pondok pesantren secara tepat.
Menyelenggarakan Klinik Pondok Pesantren guna mendukung kemandirian program upaya pencegahan anemia.
Kegiatan ini menegaskan bahwa perubahan besar dimulai dari komunitas. Dengan semangat gotong royong, edukasi yang tepat, dan kemitraan lintas sektor, upaya menciptakan generasi bebas anemia dan stunting bukanlah sekadar cita-cita, tetapi sebuah gerakan nyata yang dimulai dari pesantren.
Acara tersebut dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan: dari unsur pemerintah dihadiri Kepala DP3AKB Provinsi Jawa Tengah mewakili Wakil Gubernur Jawa Tengah, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Kementerian Agama, RSUD dr. Rehatta Provinsi Jawa Tengah, RSJD dr. Amino Gondo Hutomo; dari unsur komunitas kemasyarakatan dihadiri Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah, PWNU Jawa Tengah, PCNU Surakarta lengkap dengan badan otonom (Banom) dan lembaga NU; dari unsur pendidikan dihadiri Kepala SMK/SMA/Aliyah dan SMP/MTs di Surakarta; dari dunia usaha dan pihak swasta dihadiri oleh Direktur PT Phapros, PT HM Sejahtera, PT Sumber Pangan Bahagia, PT Parson Indonesia, RSI NU Demak. (Redaksi)