Menerjemahkan Spirit Hari Toleransi Internasional

1 day ago 1

Miftah Maulana Habiburrahman

Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan

Indahnya Toleransi! Balas Kecupan Kening, Paus Fransiskus Cium Tangan Imam Besar Masjid Istiqlal

Baca Juga

Indahnya Toleransi! Balas Kecupan Kening, Paus Fransiskus Cium Tangan Imam Besar Masjid Istiqlal

TANGGAL 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional. Peringatan semacam ini diharapkan tidak saja menciptakan kesadaran akan urgensi toleransi dan koeksistensi. Lebih dari itu, seharusnya menginspirasi tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan toleransi dan koeksistensi damai.

Islam sebagai agama menjadikan toleransi sebagai salah satu ajaran pentingnya. Islam hadir sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, karena menghargai kenyataan bahwa keragaman merupakan sunnatullah. Untuk menjadi agama yang penuh rahmat, Islam mendorong implementasi sikap ta’aruf, yang berarti membuka pintu dialog dan komunikasi untuk menghormati perbedaan. 

 Siaran Azan Magrib lewat Running Text saat Misa Paus Wujud Toleransi

Baca Juga

Kemenag: Siaran Azan Magrib lewat Running Text saat Misa Paus Wujud Toleransi

Uni Emirat Arab (UEA) adalah negara Islam di Timur Tengah, yang secara khusus menaruh perhatian penuh pada masalah toleransi dan koeksistensi.  

UEA menjadi yang pertama dalam membentuk Kementerian Toleransi dan Koeksistensi (Wazarah al-Tasamuh wa al-Ta'ayusy/WTT), dengan Nahyan bin Mubarak Al Nahyan sebagai Menterinya.

WTT UEA memiliki visi misi dan nilai-nilai yang layak dicontoh, lebih-lebih dalam konteks masyarakat Indonesia yang jauh lebih majemuk. Kementerian ini memperjuangkan keragaman dan pluralitas, upaya dialog dan koeksistensi, hak-hak asasi manusia, silaturahmi dan komunikasi, toleransi, ketertiban dan keamanan, kebaikan dan saling menolong, kebahagiaan positif, serta pembangunan nasional.

Program unggulan WTT UEA dimulai dari memperkuat peran keluarga dalam membangun toleransi di masyarakat. Hal itu diselaraskan dengan program-program pemerintah terkait penguatan toleransi. Kaum muda diberi tempat penting, dilibatkan dalam setiap bidang, untuk memaksimalkan peran mereka dalam memperkuat toleransi dan mencegah radikalisme maupun ekstrimisme.

Pemerintah memproduksi konten-konten kebudayaan untuk meningkatkan nilai-nilai toleransi, mendorong penerimaan terhadap perbedaan dan keragaman, serta menolak segala bentuk diskriminasi, rasisme, kekerasan, kebencian dan ekstrimisme. Nilai-nilai tersebut disebarkan melalui berbagai media untuk mendorong masyarakat mempraktikkan toleransi dalam kehidupan sehari-hari. 

Pemerintah juga memiliki komitmen menjadi teladan toleransi dan kerukunan di kancang internasional. Program, kursus dan pelatihan juga dijalankan untuk melatih individu-individu agar mampu berkontribusi dalam mengatasi masalah-masalah intoleransi. Komitmen seperti ini juga ditujukan untuk meningkatkan daya saing negara di tingkat global. 

Indonesia sejatinya negara besar dengan sejarah toleransi yang jauh lebih panjang. Sebelum Islam datang, bangsa Nusantara telah sampai pada kesadaran tentang pentingnya toleransi dan koeksistensi. Semangat mereka dikenal dalam satu kalimat Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Hindu, Buddha, dan agama pribumi hidup berdampingan di bawah kerajaan Majapahit.

Toleransi Walisongo

Ketika Islam datang, Walisongo juga memperkenalkan ajaran toleransi dan koeksistensi. Sunan Ampel mengajarkan prinsip Angajawi, yang berarti menjadi seorang muslim tetaplah wajib menjadi pribumi. Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan lainnya tetap tegak kokoh dan megah di bawah Kesultanan Demak, Kesultanan Pajang, Kesultanan Mataram, Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Sunan Kalijaga, Sunan Muria, dan Sunan Bonang adalah cerita lain, yang menggunakan kebudayaan dan kesenian sebagai media dakwah. Sunan Muria mengarang kisah dan alur ceritanya, lalu Sunan Kalijaga menampilkannya dalam sebuah pertunjukan wayang. Sementara Sunan Bonang menciptakan alat-alat gamelannya.

Read Entire Article
Kabar Jateng | InewS | | |