JAKARTA, iNews.id - Hayat Tahrir Al Sham (HTS) bukan satu-satunya kelompok oposisi Suriah yang menggulingkan Presiden Bashar Al Assad. Namun HTS merupakan yang terbesar dan paling berpengaruh.
Mengutip Al Jazeera, HTS merupakan nama baru dari organisasi perlawanan bersenjata di Suriah penentang rezim Bashar Al Assad yang telah berkuasa 50 tahun lebih.
Baca Juga
Sosok Abu Mohammed Al Julani, Pemimpin Pemberontak Suriah yang Berhasil Gulingkan Bashar Al Assad
Organisasi ini sebelumnya bernama Jabhat Al Nusra, kemudian sempat berganti lagi menjadi Jabhat Fateh Al Sham. HTS bersekutu dengan beberapa faksi lain, termasuk Liwa Al Haqq, Jabhat Ansar Al Din, dan Jaysh Al Sunna.
Jabhat Al Nusra dibentuk pada 2012, salah satunya oleh ISIS. Bahkan pemimpin ISIS Abu Bakr Al Baghdadi terlibat dalam pembentukannya. Namun setahun kemudian organisasi ini memisahkan diri dari ISIS dan menyatakan kesetiaan kepada Al Qaeda.
Baca Juga
Breaking News: Presiden Suriah Bashar Al Assad Mundur
Lagi-lagi, organisasi memutuskan hubungan dengan Al Qaeda untuk bergabung dengan faksi-faksi lain hingga berganti nama menjadi HTS pada 2017.
HTS pada dasarnya hanya mengendalikan Provinsi Idlib, Suriah, dan diperkirakan memiliki sekitar 30.000 pejuang. Idlib menjadi benteng terakhir wilayah yang dikuasai kelompok bersenjata oposisi Suriah setelah pasukan rezim Bashar Al Assad yang dibantu Rusia dan Iran menggelar operasi besar-besaran pada 2017.
Baca Juga
Konflik Suriah, Indonesia Serukan Semua Pihak Lindungi Warga Sipil
Meski demikian pengaruh HTS tak bisa dianggap sebelah mata. Organisasi ini memiliki kendali ekonomi atas sebagian besar wilayah dan sumber daya, termasuk minyak bumi sebagai pendapatan terbesar Suriah, termasuk di perbatasan Bab Al Hawa dengan Turki.
Untuk memenuhi kebutuhan operasional, HTS sebagian besar mengandalkan keuangan mandiri. Bahkan HTS mengendalikan Syrian Salvation Government (SSG) yang berbasis di Idlib.
Baca Juga
Potret Istana Megah Presiden Suriah Dijarah Warga Setelah Bashar Al Assad Digulingkan
Bukan hanya itu, HTS juga mengumumkan kepada masyarakat Aleppo bahwa berbagai menteri SSG yang bermarkas di Idlib juga akan melayani provinsi tersebut.
HTS dipimpin Abu Mohammed Al Jaulani yang juga akan mencalonkan diri sebagai pemimpin Suriah masa depan pasca-rezim Assad.
Selama bertahun-tahun Al Julani berusaha mengubah persepsi organisasinya, dari yang ditakuti karena kefanatikan ideologi, menjadi organisasi yang bisa diterima oleh warga Suriah.
Meski HTS dianggap sebagai kelompok yang paling efektif dan mematikan dalam melawan Assad, berbagai komunitas internasional memasukkannya dalam daftar organisasi teroris. HTS dilarang oleh PBB, Amerika Serikat, Turki, serta negara-negara lain.