Jepara, Infojateng.id – Pimpinan Cabang (PC) Lesbumi Nahdlatul Ulama (NU) Jepara kembali menggelar Suluk Mantingan XI di Kampung Lembah Manah Azharul Hikmah, Rengging, Pecangaan, Jepara.
Mengusung tema “Membangkitkan Spirit Ratu Kalinyamat”, acara ini menjadi ajang diskusi budaya yang dikemas dengan pementasan seni dan spiritualitas.
Acara diawali dengan pagelaran Wayang Santri oleh Dalang Ki Sugiarto dengan lakon “Ratu Ing Jungpara”, diiringi oleh Karawitan Among Jiwo dari SMKN 1 Kedung Jepara.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh perwakilan PC NU Jepara, KH. Hisyam Zamroni, baru-baru ini.
Dalam sambutannya, Hisyam menegaskan bahwa kebesaran Jepara di masa lalu harus menjadi inspirasi bagi pembangunan daerah, salah satunya dengan wacana pengembangan Pelabuhan Internasional di Jepara.
Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Jepara, Nur Hidayat dalam sesi pemantik Suluk Mantingan XI, mengulas tentang Ratu Kalinyamat sebagai santri Walisongo yang lahir dari keluarga Keraton Demak.
Menurutnya, relasi kemanusiaan dan ketauhidan dalam kepemimpinan Ratu Kalinyamat harus menjadi contoh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menambahkan perspektif akademis, Murniati dari Pusat Kajian Ratu Kalinyamat UNISNU Jepara, menegaskan pentingnya menjadikan kebesaran Ratu Kalinyamat sebagai memori kolektif masyarakat Indonesia, khususnya Jepara.
“Generasi Z membutuhkan sosok teladan yang memiliki pemikiran visioner melampaui zamannya,” ujar Murniati.
Sementara itu, Ali Burhan, mewakili PC Lesbumi NU Jepara, menyelaraskan jalannya diskusi dengan visi kebudayaan Lesbumi.
Ia menekankan bahwa pembangunan wacana independen dalam memaknai kearifan lokal serta penguatan budaya maritim Nusantara menjadi bagian dari Saptawikrama Lesbumi yang mendasari kajian tentang Ratu Kalinyamat.
“Keselarasan narasi sejarah Majapahit, Demak, hingga Jepara harus terus disosialisasikan sebagai landasan pembangunan visi maritim Jepara hari ini,” tambah Ali.
Ketua PC Lesbumi NU Jepara, Ngateman menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam acara ini.
“Suluk Mantingan XI adalah bagian dari gerakan kebudayaan yang harus terus kita dukung bersama demi kelestarian budaya lokal,” kata dia.
Berbeda dari edisi sebelumnya, Suluk Mantingan XI dimulai dengan pementasan Wayang Santri, dilanjutkan dengan Mauidhoh Hasanah dari Ki Sholeh, serta buka bersama.
Rangkaian acara berlanjut dengan salat Tarawih dan pembacaan tembang Aqoid Seket.
Sebelum sesi diskusi utama mengenai Spirit Ratu Kalinyamat dimulai, Dalang Ki Sugiarto menyelesaikan lakon wayang yang telah dimulai sebelumnya.
Melalui kegiatan ini, PC Lesbumi NU Jepara berharap semakin banyak elemen masyarakat yang terlibat dalam upaya menggali dan melestarikan nilai-nilai budaya lokal.
Diharapkan, Suluk Mantingan terus menjadi wadah refleksi sejarah dan kebudayaan bagi Jepara dan generasi penerusnya. (eko/redaksi)