Banjir Landa 6 Kabupaten di Kalbar, 148.693 Warga Terdampak 606 Jiwa Mengungsi 

3 hours ago 1

JAKARTA, iNews.id - Banjir yang melanda enam kabupaten di Kalimantan Barat sejak pertengahan Januari 2025 lalu hingga kini belum kunjung surut. Akibat banjir ini, sebanyak 148.693 jiwa terdampak dan sedikitnya 606 jiwa mengungsi.

Banjir dengan ketinggian rata-rata mencapai dua meter terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi melanda wilayah 'Provinsi Seribu Sungai' ini. 

Banjir Bandang Terjang Bengkayang, Ribuan Rumah di 11 Kecamatan Terendam

Baca Juga

Banjir Bandang Terjang Bengkayang, Ribuan Rumah di 11 Kecamatan Terendam

Wilayah terdampak banjir tersebut antara lain Kabupaten Sambas, Landak, Mempawah, Bengkayang, Kota Singkawang, dan Kubu Raya. 

Banjir besar yang melanda Kalbar kali ini disebut akibat cuaca ekstrem berupa Monsoon Asia, pasang air laut, dan La Nina lemah terjadi secara bersamaan. 

Banjir Rendam 14 Desa di Mempawah Kalbar, 20.549 Jiwa Terdampak

Baca Juga

Banjir Rendam 14 Desa di Mempawah Kalbar, 20.549 Jiwa Terdampak

Menanggapi bencana banjir ini Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menegaskan perlunya kewaspadaan dini pada potensi bencana hidrometeorologi basah di Kalbar. Menurutnya, tantangan Provinsi Kalbar saat ini bukan hanya kebakaran hutan dan lahan, namun banjir juga harus menjadi perhatian.

"Mempawah sampai kantor Bupati terendam. Informasi yang kami terima, banjir seperti ini baru terjadi tahun ini, padahal menurut BMKG curah hujan yang turun hanya 150mm, tidak terlalu besar, ini perlu menjadi perhatian," kata Suharyanto dalam keterangan resminya, Jumat (31/1/2025).

Suharyanto menjelaskan, BNPB telah memiliki peta risiko bencana Provinsi Kalimantan Barat tahun 2025. Peta ini menunjukkan tiga wilayah dengan potensi risiko tinggi bencana banjir adalah Kabupaten Sambas, Mempawah, dan Sanggau. 

"Ternyata banjir yang terjadi sesuai dengan prediksi. Tiga daerah tersebut terjadi banjir diawal tahun ini. Maka jika kita berpedoman pada peta tersebut, Kepala Daerah harus cepat melakukan langkah-langkah penanganan," ujar Suharyanto.

"Begitu juga dengan longsor, sudah ada petanya. Tolong bagi Pemkab sadar betul, di wilayah yang lahannya kritis, masyarakat yang tinggal di tebing-tebing diperingatkan karena biasanya kejadian longsor terjadi di malam hari, saat warga sedang tidur lelap. Longsor ini hanya butuh beberapa detik untuk merusak," kata Suharyanto.

Editor: Kastolani Marzuki

Read Entire Article
Kabar Jateng | InewS | | |