JAKARTA, iNews.id - Dunia komedi di YouTube kembali diramaikan dengan kehadiran konten yang segar dari cerminan kehidupan sehari-hari. Lewat kanal YouTube Farel Tarek, penonton diajak tertawa lewat sketsa-sketsa jenaka yang mengangkat tema pertemanan, drama, hingga curhatan anak tongkrongan.
Kali ini, Farel Tarek merilis sketsa berjudul "TONGKRONGAN TOXIC", sebuah komedi situasi yang membongkar realita pertemanan anak muda masa kini. Farel menyuguhkan sitkom mengenai obrolan receh tiga pemuda yang nongkrong di depan rumah. Suasana awalnya cair, namun dengan cepat berubah menjadi tegang karena guyonan yang kebablasan.

Baca Juga
Miss Indonesia 2024 Monica Kezia Sembiring Yakin Program BWAP Beri Nilai Positif di Ajang Miss World 2025
Melalui sitkom ini, Farel juga menyuguhkan realita saat mengajak teman-temannya liburan, tapi setiap membahas soal harga pasti teman-temannya menghilang begitu saja. Gaya komedi absurd yang dikemas dengan editing satir ini menggambarkan fenomena umum dimana biasanya teman-teman kabur saat membahas anggaran.
Tak kalah kocak, Farel juga menghadirkan sketsa "Sidang Grup Chat Keseber", membawa humor ke ranah sidang pengadilan. Terdapat dua sahabat yang ketahuan saling mengirimkan stiker dan chat nyeleneh di grup WhatsApp. Kritik terhadap budaya oversharing dan bocornya privasi digital disampaikan dengan gaya jenaka nan kreatif.

Baca Juga
Lucu tapi Ngena! Sketsa Farel Tarek Kupas Tuntas Masalah Wakanda
Situasi terakhir, menyindir fenomena main game online yang niatnya bersenang-senang tapi malah jadi toxic. Farel yang awalnya diajak santai main bareng, justru dihujat habis-habisan ketika performanya tidak sesuai ekspektasi.
Dengan gaya penceritaan yang natural, bahasa sehari-hari, dan komedi yang rapi, Farel Tarek bukan hanya menyajikan hiburan, tapi juga menyentil realitas sosial anak muda masa kini. Komedinya berangkat dari obrolan tongkrongan yang absurd, tapi penuh makna yang bisa direnungkan. Sketsa Komedi "TONGKRONGAN TOXIC" bisa ditonton di channel YouTube Farel Tarek. Siap-siap tertawa.
Editor: Muhammad Sukardi