JAKARTA, iNews.id – Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) atau Prakarsa Segitiga Karang untuk Terumbu Karang, Perikanan dan Ketahanan Pangan telah memasuki tahun ke-16. Namun, enam negara anggotanya, Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste, masih menghadapi berbagai tantangan dalam merawat kawasan Segitiga Terumbu Karang.
Direktur Eksekutif Sekretariat Regional CTI-CFF, Frank Keith Griffin mengatakan, tantangan tersebut di antaranya masih ditemukannya metode penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan. Nelayan menangkap ikan menggunakan bahan peledak seperti racun, bom dan dinamit.

Baca Juga
PM Sharif: India Sekarang Akan Berpikir 100 Kali sebelum Serang Pakistan
"Ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi di keenam negara anggota. Saya bahkan baru saja menerima email minggu ini mengenai pengeboman ikan di wilayah timur Indonesia," kata Frank Keith Griffin dalam Media Gathering CTI-CFF & Coral Triangle Day 2025, Kamis (22/5/2025).
Dia mengatakan, metode penangkapan ikan dengan bom tidak hanya membunuh ikan, melainkan juga merusak terumbu karang yang dapat mengancam populasi ikan dan ekosistem laut. Nelayan pun kesulitan dan tidak akan menemukan lagi ikan di area yang dibom.

Baca Juga
Miris! Penyelam Temukan Vandalisme Tulisan Yan 2024 di Terumbu Karang Nusa Penida Bali
"Kalau nelayan mau mencari ikan, mereka harus keluar lebih jauh, dan semakin jauh mereka ke laut, semakin bahaya," kata Frank.