WASHINGTON, iNews.id - Ketegangan antara Amerika Serikat dan China memasuki babak baru yang mengkhawatirkan. Kali ini bukan soal tarif dagang atau persaingan teknologi, melainkan menyasar ribuan mahasiswa asal China yang tengah menuntut ilmu di universitas-universitas terkemuka AS.
Pemerintah AS, melalui pernyataan Juru Bicara Departemen Luar Negeri Tammy Bruce, menegaskan akan mencabut visa pelajar dari China atas alasan keamanan nasional. Mahasiswa China dituduh menjadi bagian dari upaya Partai Komunis China untuk mencuri kekayaan intelektual dan teknologi AS, bahkan disebut-sebut turut mengumpulkan informasi intelijen yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan militer Beijing.

Baca Juga
Putin Gariskan Dasar Perdamaian di Eropa
Namun kebijakan ini menuai sorotan tajam dari berbagai kalangan. Para kritikus menilai langkah ini menciptakan tuduhan kolektif yang tidak adil terhadap mahasiswa China, banyak di antaranya tidak memiliki afiliasi politik dan hanya ingin memperoleh pendidikan yang lebih baik.
“Ini preseden berbahaya. Anda tidak bisa menyamaratakan ribuan pelajar sebagai ancaman hanya karena paspor mereka,” ujar Prof. Linda Ho, pakar hubungan internasional di Universitas California.

Baca Juga
AS Cabut Visa Pelajar China, Beijing: Keputusan Merugikan, Munafik!
Langkah ini juga dinilai sebagai bentuk diskriminasi terselubung yang mengikis semangat akademik global. Padahal, selama ini mahasiswa China menjadi tulang punggung dalam berbagai riset dan proyek sains di kampus-kampus ternama di AS.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyatakan bahwa visa akan dicabut secara selektif, khususnya terhadap mahasiswa yang diyakini punya hubungan dengan Partai Komunis atau bidang studi “sensitif”. Namun definisi “sensitif” itu sendiri masih kabur dan membuka celah interpretasi luas.

Baca Juga