JAKARTA, iNews.id - Industri otomotif China kini berada di ujung tanduk akibat perang harga mobil listrik yang kian brutal. Salah satu produsen terbesar, BYD, memicu gelombang pemangkasan harga besar-besaran yang mengguncang pasar dan mengancam kelangsungan bisnis para pesaingnya.
Langkah agresif BYD ini membuat kompetitor seperti Great Wall Motor (GWM) terpaksa ikut terlibat dalam strategi penurunan harga untuk bertahan. Namun, strategi ini dinilai bisa membawa industri otomotif China ke arah kehancuran massal, mirip dengan krisis properti Evergrande.

Baca Juga
Viral Mobil Terpendek di Dunia Setipis Kulit Pisang, Netizen Dibikin Melongo
Ketua GWM Wei Jianjun, menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi pasar mobil listrik yang semakin tidak sehat. Dia menyebut penurunan harga yang ekstrem hanya akan memperburuk situasi, karena produsen dipaksa memangkas biaya secara signifikan hingga mengorbankan kualitas produk.
"Sekarang, Evergrande di industri otomotif sudah mulai terjadi, tapi belum sampai pada kebangkrutan," kata Wei dalam pernyataannya.

Baca Juga
Gaikindo Sebut Penjualan Mobil di Indonesia Bisa Tembus 3 Juta Unit, Ini Syaratnya
Pernyataan ini merujuk pada kehancuran grup properti China Evergrande yang pada 2024 resmi dinyatakan bangkrut setelah gagal membayar utang lebih dari Rp5.000 triliun.
Wei tak menyebutkan secara spesifik produsen mana yang dimaksud. Namun, dia mengungkapkan sejumlah produsen besar di Tiongkok tengah berjuang mempertahankan valuasi pasar dan harga saham mereka. Hal ini dilakukan meskipun harus memangkas harga produk secara besar-besaran dan mempertaruhkan kualitas produksi.

Baca Juga