Pati, infojateng.id – Melalui Festival Berkat Bandeng diharapkan mampu meningkatkan kesadaran warga akan nilai ekologi atau hubungan timbal balik antara organisme dengan alam sekitarnya.
Festival yang membawa semangat ekologi dengan balutan tradisi dan budaya tersebut akan berlangsung di Desa Bakaranwetan, Kecamatan Juwana pada 21 hingga 23 November mendatang.
Kegiatan itu didukung oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Direktorat Bina Sumber Daya Manusia, Lembaga, dan Pranata Kebudayaan; Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan melalui program Pemajuan Kebudayaan Desa.
Kepala Desa Bakaranwetan, Kecamatan Juwana Wahyu Supriyo menyebut Festival berkat bandeng itu diharapkan dapat kembali mengingatkan kesadaran akan nilai ekologi yang tumbuh di ekosistem tambak bandeng. Bagi warga Desa Bakaranwetan menjaga lingkungan sebenarnya telah muncul dalam sejumlah tradisi.
“Seperti halnya tradisi Krigan atau bergotong royong bersih-bersih sungai. Dulu itu ada. Melalui festival ini kami berharap dapat membangun kesadaran sekaligus merekonstruksi tradisi yang membawa pesan ekologi,” ujar dia.
Wahyu menyebut, keberadaan sungai memiliki dampak besar terhadap proses budidaya tambak bandeng. Kondisi sungai yang baik akan membuat hasil budidaya bandeng menjadi baik pula.
“Sungai bukan hanya jalur air, melainkan urat nadi kehidupan bagi ribuan petani tambak bandeng. Dari sanalah kehidupan mengalir. Masyarakat belajar tentang keseimbangan ekologi yang harus dijaga bersama. Alam terancam, ekonomi ikut terguncang,” terang dia.
Dari semangat menjaga sungai itulah lahir gagasan besar bernama “Festival Berkat Bandeng”, sebuah ruang yang merayakan relasi antara ekologi, tradisi, dan ekonomi rakyat. Festival ini bukan sekadar perayaan budaya, melainkan bentuk pengabdian ekologis masyarakat tambak terhadap alam yang menjadi sumber kehidupan mereka.
Lebih dari sekadar upaya lingkungan, Festival Berkat Bandeng juga menjadi penyambung antara tradisi dan ekologi. Dalam berbagai ritual seperti manganan sigit, kirab tumpeng, dan berkat bandeng, masyarakat memilih ikan bandeng sebagai lauk utama sesaji, berbeda dengan daerah lain di Pati yang menggunakan ayam.
Tradisi ini menunjukkan bahwa keberadaan ikan bandeng telah begitu dekat dengan laku kehidupan masyarakat bahkan sejak di masa lampau.
Festival Berkat Bandeng sendiri akan digelar serangkaian kegiatan. Mulai dari Rembuk Kali, Prosesi Wiwit panen, tari bandeng, pameran seni rupa, lomba olahan bandeng serta makan bandeng bersama.
Kegiatan itu sendiri direncanakan bakal digelar pada 21 hingga 23 November mendatang. Sementara lokasinya direncanakan digelar di Taman Batik Bakaranwetan dan tambak petinggen.
Festival ini juga diharapkan sekaligus dapat memperkuat branding kecamatan Juwana yang merupakan salah satu penghasil ikan bandeng terbaik.
Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislautkan) Kabupaten Pati tahun 2025, Kecamatan Juwana menyumbang 8.368,76 ton bandeng dari total 24.361,2 ton produksi bandeng di seluruh Kabupaten Pati. Dimana sebagian besar berasal dari lahan tambak di Desa Bakaran Wetan.
Hasil budidaya bandeng itu, tak hanya memenuhi kebutuhan di tingkat lokal Pati saja. Namun juga meyuplai hingga ke sejumlah kota besar lainnya. Seperti Semarang bahkan Jakarta.
Selain produk mentah, oleh masyarakat Desa Bakaranwetan, bandeng juga diramu menjadi berbagai produk olahan bernilai ekonomi yang lebih tinggi. Tak terkecuali bandeng presto, cabut duri, otak-otak bandeng maupun berbagai olahan lainnya.
Berbagai olahan itu mampu menumbuhkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di desa yang berada di pesisir Utara Jawa tersebut. Tentu keberadaan UMKM juga akan memacu kenaikan perekonomian masyarakat.
“Maka menjaga sungai bukan hanya menjaga air, tetapi juga menjaga masa depan. Festival ini diharapkan menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk memahami bahwa ekologi dan ekonomi bukan dua hal yang berseberangan, melainkan dua sisi dari satu keberlanjutan,” ujar dia.
Tingkatkan Kesadaran Nilai Ekologi Lewat Festival Berkat Bandeng
Pati, infojateng.id – Melalui Festival Berkat Bandeng diharapkan mampu meningkatkan kesadaran warga akan nilai ekologi atau hubungan timbal balik antara organisme dengan alam sekitarnya.
Festival yang membawa semangat ekologi dengan balutan tradisi dan budaya tersebut akan berlangsung di Desa Bakaranwetan, Kecamatan Juwana pada 21 hingga 23 November mendatang.
Kegiatan itu didukung oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Direktorat Bina Sumber Daya Manusia, Lembaga, dan Pranata Kebudayaan; Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan melalui program Pemajuan Kebudayaan Desa.
Kepala Desa Bakaranwetan, Kecamatan Juwana Wahyu Supriyo menyebut Festival berkat bandeng itu diharapkan dapat kembali mengingatkan kesadaran akan nilai ekologi yang tumbuh di ekosistem tambak bandeng. Bagi warga Desa Bakaranwetan menjaga lingkungan sebenarnya telah muncul dalam sejumlah tradisi.
“Seperti halnya tradisi Krigan atau bergotong royong bersih-bersih sungai. Dulu itu ada. Melalui festival ini kami berharap dapat membangun kesadaran sekaligus merekonstruksi tradisi yang membawa pesan ekologi,” ujar dia.
Wahyu menyebut, keberadaan sungai memiliki dampak besar terhadap proses budidaya tambak bandeng. Kondisi sungai yang baik akan membuat hasil budidaya bandeng menjadi baik pula.
“Sungai bukan hanya jalur air, melainkan urat nadi kehidupan bagi ribuan petani tambak bandeng. Dari sanalah kehidupan mengalir. Masyarakat belajar tentang keseimbangan ekologi yang harus dijaga bersama. Alam terancam, ekonomi ikut terguncang,” terang dia.
Dari semangat menjaga sungai itulah lahir gagasan besar bernama “Festival Berkat Bandeng”, sebuah ruang yang merayakan relasi antara ekologi, tradisi, dan ekonomi rakyat. Festival ini bukan sekadar perayaan budaya, melainkan bentuk pengabdian ekologis masyarakat tambak terhadap alam yang menjadi sumber kehidupan mereka.
Lebih dari sekadar upaya lingkungan, Festival Berkat Bandeng juga menjadi penyambung antara tradisi dan ekologi. Dalam berbagai ritual seperti manganan sigit, kirab tumpeng, dan berkat bandeng, masyarakat memilih ikan bandeng sebagai lauk utama sesaji, berbeda dengan daerah lain di Pati yang menggunakan ayam.
Tradisi ini menunjukkan bahwa keberadaan ikan bandeng telah begitu dekat dengan laku kehidupan masyarakat bahkan sejak di masa lampau.
Festival Berkat Bandeng sendiri akan digelar serangkaian kegiatan. Mulai dari Rembuk Kali, Prosesi Wiwit panen, tari bandeng, pameran seni rupa, lomba olahan bandeng serta makan bandeng bersama.
Kegiatan itu sendiri direncanakan bakal digelar pada 21 hingga 23 November mendatang. Sementara lokasinya direncanakan digelar di Taman Batik Bakaranwetan dan tambak petinggen.
Festival ini juga diharapkan sekaligus dapat memperkuat branding kecamatan Juwana yang merupakan salah satu penghasil ikan bandeng terbaik.
Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislautkan) Kabupaten Pati tahun 2025, Kecamatan Juwana menyumbang 8.368,76 ton bandeng dari total 24.361,2 ton produksi bandeng di seluruh Kabupaten Pati. Dimana sebagian besar berasal dari lahan tambak di Desa Bakaran Wetan.
Hasil budidaya bandeng itu, tak hanya memenuhi kebutuhan di tingkat lokal Pati saja. Namun juga meyuplai hingga ke sejumlah kota besar lainnya. Seperti Semarang bahkan Jakarta.
Selain produk mentah, oleh masyarakat Desa Bakaranwetan, bandeng juga diramu menjadi berbagai produk olahan bernilai ekonomi yang lebih tinggi. Tak terkecuali bandeng presto, cabut duri, otak-otak bandeng maupun berbagai olahan lainnya.
Berbagai olahan itu mampu menumbuhkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di desa yang berada di pesisir Utara Jawa tersebut. Tentu keberadaan UMKM juga akan memacu kenaikan perekonomian masyarakat.
“Maka menjaga sungai bukan hanya menjaga air, tetapi juga menjaga masa depan. Festival ini diharapkan menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk memahami bahwa ekologi dan ekonomi bukan dua hal yang berseberangan, melainkan dua sisi dari satu keberlanjutan,” ujar dia.(tyo/redaksi)

3 days ago
12

















































