TEL AVIV, iNews.id - Sembilan pesawat angkut militer AS membawa bom penghancur bunker mendarat di pangkalan udara Israel, dekat Tel Aviv dalam 24 jam pada Rabu dan Kamis lalu, demikian laporan stasiun televisi KAN.
"Sembilan pesawat angkut AS yang membawa bom penghancur bunker serta senjata pertahanan lainnya mendarat di Pangkalan Udara Nevatim," bunyi laporan KAN, seperti dilaporkan kembali Anadolu, dikutip Sabtu (18/4/2025).

Baca Juga
Negara 100% Muslim Ini Melarang Masuk Seluruh Pemegang Paspor Israel
Disebutkan, pengiriman amunisi itu sebagai langkah antisipasi dari kemungkinan serangan gabungan AS-Israel ke Iran jika perundingan nuklir kedua negara gagal mencapai kesepakatan.
Hingga kini belum ada komentar langsung dari AS mengenai laporan tersebut.

Baca Juga
Tentara Israel Ramai-Ramai Teken Petisi Setop Perang Gaza, Begini Tanggapan Hamas
Selain pengiriman saat ini, Israel diperkirakan akan menerima lebih dari 10.000 amunisi udara lagi dalam beberapa bulan mendatang untuk mengisi kembali gudang-gudang senjatanya.
Pengiriman tersebut merupakan bagian dari perjanjian senjata lebih besar antara AS dengan Israel. Pada Februari 2025, Kongres AS menyetujui proposal Departemen Pertahanan (Pentagon) untuk menjual bom berpemandu presisi, rudal, dan peralatan terkait lainnya senilai 7,41 miliar dolar kepada Israel.

Baca Juga
Israel Rebut Rafah untuk Dijadikan Zona Penyangga, 200.000 Warga Gaza Terancam Diusir
Kesepakatan senilai 8 miliar, yang sempat dibekukan pada masa pemerintahan Presiden Joe Biden, dihidupkan kembali oleh Presiden Donald Trump setelah dia dilantik.
Sebelumnya beberapa media Israel melaporkan, AS akan mengirim sejumlah besar amunisi udara ke Israel, yakni lebih dari 3.000 bom dan rudal. Pengiriman tersebut untuk mendukung serangan Israel ke Jalur Gaza serta bersiap untuk kemungkinan aksi militer terhadap Iran.
Perjanjian saat ini mencakup 3.000 rudal AGM-114 Hellfire, 2.166 bom berpemandu GBU-39, lebih dari 13.000 perangkat pemandu JDAM untuk bom udara berbagai ukuran, dan lebih dari 17.000 sekering FMU-152A/B.
Komponen-komponen tersebut dipasok oleh beberapa kontraktor pertahanan seperti Lockheed Martin, Boeing, dan L3Harris.
Pengiriman itu sebagai dukungan konkret militer AS yang lebih luas terhadap Israel menghadapi konflik di Gaza serta kemungkinan front baru dengan Iran.
Senat AS dengan suara bulat pekan lalu menolak seruan untuk memblokir penjualan senjata ke Israel terkait krisis hak asasi manusia yang dihadapi warga Palestina di Gaza.