WASHINGTON, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menyinggung soal rencananya merebut Jalur Gaza. Dia pertama kali menyampaikan pernyataan kontroversial itu pada Selasa lalu.
Meski demikian, rencana itu tidak terburu-buru karena rekonstruksi Gaza membutuhkan waktu panjang.
Baca Juga
Bukan Cuma Mesir dan Yordania, AS Ingin Relokasi Warga Gaza ke Somalia dan Maroko
Rencana tersebut menghadapi penolakan keras, bukan hanya dari Palestina dan negara-negara Arab, tapi juga sekutu-sekutu AS di Eropa. Banyak pihak, termasuk PBB, bahkan menyebut rencana itu sebagai pembersihan etnis.
Trump mengklaim rencana untuk Gaza yang disebutnya dengan transaksi real estate itu mendapat sambutan sangat baik. Tidak jelas pihak mana yang memberikan sambutan atas rencana itu, selain tentunya Israel.
Baca Juga
Trump Ingin Ambil Alih Gaza, Gedung Putih: Cuma Relokasi Sementara!
Trump menjelaskan rencananya terhadap Gaza tak membutuhkan biaya besar, bahkan tak perlu mengirim pasukan.
"kita tidak membutuhkan siapa pun di sana. Itu akan dipasok dan diberikan kepada kita oleh Israel. Mereka akan mengawasinya dalam hal keamanan," katanya, seperti dikutip dari Anadolu, Minggu (9/2/2025).
"Kita tidak berbicara tentang pasukan di lapangan atau apa pun, tapi saya kira fakta bahwa kita hadir di sana, bahwa kita memiliki investasi di sana, akan sangat membantu menciptakan perdamaian," ujarnya, menambahkan.