Anak Nakal Dididik di Barak Militer, Sosiolog: Tak Selesaikan Masalah

7 hours ago 4

JAKARTA, iNews.id - Pakar Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang, Rachmad Kristiono Dwi Susilo menilai, pembinaan anak nakal di barak militer tak menyelesaikan masalah. Dia menjelaskan, kenakalan remaja merupakan pengaruh baik dari keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitar.

Dia mengakui, nilai-nilai seperti kedisiplinan dan cinta tanah air memang dapat ditanamkan melalui pendekatan militeristik. Namun, dia menekankan bahwa pendekatan semacam itu tidak boleh menjadi satu-satunya cara atau dipaksakan tanpa adanya pemahaman yang lebih mendalam mengenai latar belakang sosial anak.

Siapa Asif Ali Zardari? Presiden Pakistan Saat Perang Melawan India

Baca Juga

Siapa Asif Ali Zardari? Presiden Pakistan Saat Perang Melawan India

“Kita harus paham dulu latar belakang sosial anak-anak itu, banyak dari anak-anak yang berperilaku menyimpang justru berasal dari keluarga yang tidak utuh, memiliki akses pendidikan yang terbatas, atau tinggal di lingkungan yang tidak mendukung perkembangan moral mereka," kata Rachmad dikutip dari keterangan di laman UMM, Jumat (9/5/2025)

"Oleh karena itu, pendekatan yang hanya fokus pada disiplin dan rasa takut tidak akan menyelesaikan masalah secara mendalam,” ujarnya.

 Rusak Sistem Pendidikan!

Baca Juga

MAARIF Institute Kritik Program Kirim Siswa ke Barak Militer: Rusak Sistem Pendidikan!

Rachmad mengkritik pendekatan instan yang hanya menekankan pada efek jera. Dia mengatakan, perubahan karakter yang dibangun melalui rasa takut tidak akan bertahan lama.

Menurutnya, pendekatan yang hanya mengandalkan teknik indoktrinasi atau pembentukan disiplin semata tanpa mengkaji aspek psikologis dan sosiologis anak bisa berisiko menimbulkan masalah lebih lanjut. Salah satu yang dikhawatirkan adalah ketidakcocokan antara nilai-nilai yang diterapkan dalam barak militer dengan kebutuhan psikososial anak-anak yang mungkin datang dari latar belakang yang berbeda.

"Jangan sampai kebijakan semacam ini justru merugikan dan memperburuk kondisi anak-anak yang seharusnya mendapatkan pendidikan yang lebih holistik dan berbasis pada pemahaman terhadap latar belakang mereka,” kata Rachmad.

Read Entire Article
Kabar Jateng | InewS | | |