RIYADH, iNews.id - Arab Saudi akan menggelontorkan dana 500 juta dolar AS atau sekitar Rp8 triliun untuk pemerintahan Yaman yang sah diakui internasional. Ini merujuk pada pemerintahan yang digulingkan oleh pemberontak Houthi di Ibu Kota Sanaa pada 2014.
Uang tersebut untuk membayar gaji pegawai negeri sipil (PNS) serta membiayai pengeluaran lainnya.
Baca Juga
Sekjen PBB Kutuk Serangan Israel ke Yaman yang Nyaris Membunuh Bos WHO
Dana tersebut merupakan bagian dari total 1,2 miliar dolar AS yang disetujui pemerintah Arab Saudi pada 2023 untuk menopang pemerintahan Yaman.
"(Uang tersebut dialokasikan) Untuk mengatasi defisit anggaran pemerintah Yaman," kata seorang pejabat Saudi, kepad AFP, dikutip Sabtu (28/12/2024).
Baca Juga
Bos WHO Selamat dalam Serangan Israel di Yaman, Bom Meledak hanya Beberapa Meter
Pencairan sebelumnya telah dilakukan Pemerintah Arab Saudi yakni pada Februari dan Agustus 2023 yakni sebesar 250 juta dolar AS.
"Dana tersebut bertujuan untuk mendukung gaji, biaya operasional, meningkatkan ketahanan pangan, dan membantu reformasi ekonomi, yang mencerminkan komitmen (Arab Saudi) terhadap keamanan, stabilitas, dan kemakmuran Yaman," kata pejabat tersebut.
Baca Juga
Arab Saudi Akhirnya Pulihkan Hubungan dengan Pemerintahan Taliban Afghanistan
Arab Saudi dan Houthi menyepakati gencatan senjata ditengahi PBB pada April 2022. Meski demikian Yaman tak bisa lepas dari cengkraman kemiskinan penduduknya. Perang saudara yang berlangsung selama 8 tahun memicu bencana kemanusiaan terbesar saat itu.
Sementara itu kelompok Houthi saat ini terlibat dalam pertempuran melawan Israel. Houthi menyerang wilayah Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina. Bukan hanya itu Houthi juga menyerang kapal-kapal dagang Israel maupun negara lain yang terkait dengan negara Yahudi itu di Laut Merah.
Pertempuran Houthi dengan Israel memasuki babak baru beberapa hari belakangan. Kedua pihak saling serang mengincar target penting. Rudal-rudal Houthi menghantam Tel Aviv, sementara Israel melancarkan serangan ke bandara Sanaa serta pelabuhan dan pembangkit listrik di Hodeidah.
Editor: Anton Suhartono