JAKARTA, iNews.id - Polusi udara menjadi salah satu tantangan utama kota besar di dunia, termasuk Jakarta. Malam hari dan pagi hari, polusi Jakarta mencapai level tertinggi.
Badan Kesehatan Dunia atau WHO merekomendasikan nilai rata-rata tahunan konsentrasi PM 2,5 tidak lebih 5 mikron gram per meter kubik.
![Atasi Polusi di Jakarta, RK bakal Gilirkan WFH dan Beri Insentif Warga yang Tanam Pohon](https://img.inews.co.id/media/100/files/inews_new/2024/11/17/iNews_carbon_2.jpg)
Baca Juga
Atasi Polusi di Jakarta, RK bakal Gilirkan WFH dan Beri Insentif Warga yang Tanam Pohon
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan New Delhi merupakan kota dengan polusi tertinggi di dunia saat ini konsentrasi PM 2.5 di New Delhi pekan ini mencapai level berbahaya, memicu masalah kesehatan dan gangguan aktivitas sehari-hari.
“Bahkan polusi udara yang parah membuat pemerintah New Delhi bahkan menutup sementara seluruh sekolah. Aktivitas industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran biomassa menjadi penyebab utama,” dalam keterangan video BMKG, Kamis (21/11/2024).
Baca Juga
RK bakal Gilirkan WFH dan Beri Insentif Warga yang Tanam Pohon demi Kurangi Polusi
Lalu, bagaimana dengan Jakarta? BMKG mengungkapkan polusi udara di Jakarta juga sering dilaporkan mencapai level yang mengkhawatirkan. Jakarta kembali mencatatkan tingkat PM 2.5 yang tinggi pekan ini, meski berada di tengah musim hujan.
Apa yang sebenarnya terjadi? Berdasarkan monitoring PM 2.5 BMKG, konsentrasi PM 2.5 di Kemayoran periode 1 hingga 18 November 2024 kondisi kualitas yang dominan berada pada kategori sedang hingga tidak sehat.
![Waspada Paparan Polusi Udara, Ini 5 Cara Ampuh Atasi Flu dan Batuk](https://img.inews.co.id/media/100/files/inews_new/2024/11/17/ini_5_cara_atasi_flu_dan_batuk_ilustrasi.jpg)
Baca Juga
Waspada Paparan Polusi Udara, Ini 5 Cara Ampuh Atasi Flu dan Batuk
“Puncak konsentrasi tertinggi terjadi pada 17 November pukul 08.00 WIB sebesar 152,7 mikron gram per meter kubik atau sangat tidak sehat. Nilai rata-rata konsentrasi PM 2.5 harian 60,9 mikron gram per meter kubik atau kategori tidak sehat,” paparnya.