Duh, 1 Kotak Hitam Pesawat Jeju Air Kecelakaan di Korsel Rusak

1 week ago 6

SEOUL, iNews.id - Salah satu dari dua alat dalam kotak hitam pesawat Boeing 737-800 Jeju Air yang mengalami kecelakaan di Muan, Korea Selatan (Korsel), Minggu (29/12/2024), rusak sebagian. Kotak hitam pesawat telah ditemukan sejak Minggu.

Kerusakan pada perangkat perekam data penerbangan (FDR) tersebut dikhawatirkan akan menunda analisis untuk menentukan penyebab kecelakaan.

Pesawat Jeju Air Kecelakaan Tewaskan 179 Orang, Benarkah Burung Penyebabnya?

Baca Juga

Pesawat Jeju Air Kecelakaan Tewaskan 179 Orang, Benarkah Burung Penyebabnya?

Seorang pejabat Badan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Korsel mengatakan, alat perekam percakapan kru atau cokpit voice recorder (CVR) tetap utuh dan dalam kondisi baik.

Pesawat dengan rute Bangkok, Thailand, menuju Muan itu meledak hebat setelah keluar dari landasan pacu dan menabrak pagar beton bandara. Pesawat yang membawa 181 orang penumpang dan kru tersebut mendarat tanpa satu pun roda dalam insiden pada pukul 09.07 waktu setempat itu. 

Pengakuan Korban Selamat Kecelakaan Pesawat Jeju Air, Sadar Setelah Diselamatkan

Baca Juga

Pengakuan Korban Selamat Kecelakaan Pesawat Jeju Air, Sadar Setelah Diselamatkan

Menara kontrol sebelumnya juga memperingatkan bahwa pesawat menabrak burung.

Biasanya menentukan penyebab pasti kecelakaan tersebut bisa memakan waktu berbulan-bulan. Kerusakan FDR diyakini akan menambah waktu analisis menjadi lebih lama lagi. 

Pesawat Jeju Air Jatuh Tewaskan 179 Orang, Musibah Penerbangan Paling Mematikan dalam Sejarah Korsel

Baca Juga

Pesawat Jeju Air Jatuh Tewaskan 179 Orang, Musibah Penerbangan Paling Mematikan dalam Sejarah Korsel

"Men-decoding FDR saja bisa memakan waktu sekitar satu bulan," kata pejabat itu, seperti dikutip dari Yonhap, Senin (30/12/2024).

Jika kedua perangkat tidak ruaak, lanjut dia, decoding bisa memakan waktu paling cepat satu minggu. Setelah itu pakar akan menganalisis data dari seluruh perangkat kotak hitan sembari membandingkannya dengan data di lapangan.

Pejabat badan investigasi lainnya mengatakan, FDR mungkin harus dikirim ke Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) untuk decoding. Prosesnya bisa memakan waktu setidaknya 6 bulan.

"Jika kesulitan men-decoding-nya di sini, kami mungkin harus mengirimnya ke NTSB," kata pejabat itu.

Data FDR bisa mengungkap ketinggian, kecepatan, dan arah pesawat, sementara CVR merekam transmisi radio serta suara di kokpit, termasuk percakapan pilot dan suara mesin.

Read Entire Article
Kabar Jateng | InewS | | |