Kaleidoskop 2024: Pilpres AS yang Penuh Drama

1 week ago 10

JAKARTA, iNews.id - Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2024 (Pilpres AS 2024) telah berlangsung pada 5 November lalu. Hasilnya Donald Trump memenangkan pertarungan kali ini, menjadikannya sebagai presiden ke-47 AS untuk dua periode yang tak berurutan.

Hasil proyeksi Pilpres AS 2024, Trump menang dengan meraup 312 suara elektoral, melawan Harris yang mengumumpulkan 226 suara. Hasil tersebut disahkan oleh Electoral College pada 17 Desember lalu. Trump menjabat presiden AS untuk periode pertama pada 2017 hingga 2021. Dia dikalahkan Joe Biden dalam Pilpres AS 2020.

Wow, Elon Musk Habiskan Rp4 Triliun untuk Menangkan Donald Trump di Pilpres AS 

Baca Juga

Wow, Elon Musk Habiskan Rp4 Triliun untuk Menangkan Donald Trump di Pilpres AS 

Dalam pilpres kali ini Biden tak jadi maju setelah mengundurkan diri pada Juli. Ada desakan kuat dari banyak pihak agar dia tak mencalonkan kembali terkait masalah kesehatan.

Peristiwa ini bisa dibilang sebagai drama pertama seputar Pilpres AS 2024. Biden menjadi capres pertama yang mengundurkan diri di tengah pencalonannya sejak 50 tahun terakhir.

Momen Akrab Prabowo Telepon Langsung Donald Trump Ucapkan Selamat Usai Menang Pilpres AS

Baca Juga

Momen Akrab Prabowo Telepon Langsung Donald Trump Ucapkan Selamat Usai Menang Pilpres AS

Beberapa drama atau kejadian seputar pelaksanan pilpres ternyata memberikan pengaruh besar terhadap proses demokrasi yang sedang berlangsung di Negeri Paman Sam. 

Berikut beberapa drama yang mewarnai perjalanan Pilres AS 2024:

Donald Trump Menang Pilpres AS, Apa Dampaknya bagi Palestina?

Baca Juga

Donald Trump Menang Pilpres AS, Apa Dampaknya bagi Palestina?

1. Pengunduran diri Joe Biden

Biden secara mengejutkan mengumumkan pengunduran dirinya sebagai kandidat presiden AS pada 21 Juli 2024. Pemgumuman mengejutkan itu disampaikan melalui media sosial X setelah desakan kuat mengalir dari banyak pihak, bahkan dari internal Partai Demokrat.

Semua bermula dari debat capres AS pertama yang digelar pada 27 Juni.  Saat itu Biden tampak kewalahan menjelaskan ide-idenya dalam adu argumen melawan Trump.

Kekhawatiran banyak kalangan atas kesehatan mental dan kemampuan kognitifnya di usia 81 tahun menjadi batu sandungan besar bagi politikus senior AS itu untuk melanjutkan jabatan di Gedung Putih untuk periode kedua.

Dorongan agar mundur pun datang dari banyak kalangan, termasuk dari rekan-rekan dan sekutu dekatnya di Partai Demokrat. 

Lebih dari 40 anggota Kongres Partai Demokrat secara terbuka meminta Biden untuk mundur.

Dalam penjelasannya, Biden membantah alasan pengunduran dirinya terkait masalah kesehatan. Dia yakin keputusannya itu adalah yang terbaik bagi AS yakni menyerahkan estafet kepemimpinan kepada orang muda.

“Saya memutuskan bahwa cara terbaik ke depan adalah dengan meneruskan kepemimpinan kepada generasi yang baru. Itu cara terbaik untuk mempersatukan bangsa kita,” katanya.

Setelah itu Biden mendukung wakilnya, Kamala Harris, untuk menggantikan sebagai capres dari Partai Demokrat. Biden lalu memuji Harris sebagai sosok tangguh dan punya kemampuan.

"Dia telah menjadi mitra yang luar biasa bagi saya dan pemimpin negara kita. Kini pilihan ada di tangan Anda, rakyat Amerika," ujarnya.

Tak berselang lama Harris mendapat dukungan dari Demokrat untuk menghadapi Trump.

Read Entire Article
Kabar Jateng | InewS | | |