JAKARTA, iNews.id - Pasar modal Indonesia membuka lembaran baru di 2025, sebagai tahun anggaran pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Ini berlangsung setelah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan UU Nomor 62 Tahun 2024 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2025.
Dengan stabilitas politik yang dijanjikan pemerintahan baru, sejumlah analis memandang optimisme terhadap pasar modal Indonesia, termasuk dalam menakar arah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
![IHSG Melemah 2,65 Persen Sepanjang 2024, Sempat Sentuh Level Tertinggi di 7.905](https://img.inews.co.id/media/100/files/inews_new/2024/04/16/ihsg_anjlok__1_.jpg)
Baca Juga
Kaleidoskop 2024: IHSG Melemah 2,65 Persen Sepanjang 2024, Sempat Sentuh Level Tertinggi di 7.905
Riset RHB Sekuritas Indonesia bertajuk ‘2025 Outlook: Growth Drivers, Sector Insights’ membaca potensi IHSG dapat melanjutkan penguatan hingga mencapai level 8.000.
Proyeksi ini, seperti dalam riset yang ditulis analis Andrey Wijaya, didukung sejumlah faktor fundamental domestik seperti inisiatif ketahanan pangan, pemberdayaan UMKM, kenaikan signifikan upah minimum, dan kemungkinan penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) pada kuartal kedua 2025.
Tren penurunan BI Rate diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kredit perbankan serta Net Interest Margin (NIM) yang lebih baik.
Prospek Ekonomi
RHB Sekuritas memproyeksikan perekonomian Indonesia tumbuh stabil, dari 5 persen pada 2024 menjadi 5,2 persen pada 2025. Pertumbuhan ini ditopang oleh investasi asing langsung (Foreign Direct Investments/FDI) yang solid serta pengeluaran rumah tangga yang diperkirakan meningkat.
“Pada tahun 2025, konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan, didukung oleh inisiatif pemerintah seperti program makan bergizi gratis Presiden Prabowo, yang diharapkan dapat merangsang perekonomian dan menciptakan lapangan kerja,” menurut riset yang dikeluarkan pada 20 Desember 2024.
Adapun inflasi diperkirakan meningkat dari 2,3 persen pada 2024 menjadi 3 persen pada 2025, seiring penyesuaian upah dan dampak kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Di sisi lain, nilai tukar rupiah diprediksi melemah hingga kisaran Rp15.800–16.200 per dolar AS di awal 2025, sebelum menguat kembali ke level Rp15.400 pada akhir tahun.
Pertumbuhan IHSG dan Sektor Unggulan
Riset memproyeksikan earnings growth IHSG diperkirakan naik signifikan, dari 1,9 persen year-on-year (YoY) pada 2024 menjadi 8 persen (YoY) pada 2025. Pertumbuhan ini berpeluang didorong terutama oleh sektor perbankan, dan bahan baku.
“Bahan baku diproyeksikan mencatat pertumbuhan laba masing-masing sebesar 26 persen dan 18,7 persen, masing-masing pada 2025 dan 2026,” tulis riset RHB Sekuritas.
Namun, sektor energi menghadapi tantangan dengan perkiraan penurunan laba sebesar 12,1 persen dan 7,7 persen pada 2025 dan 2026. Hal ini dikarenakan harga batu bara yang diperkirakan melemah.