JAKARTA, iNews.id - Bertepatan dengan Hari Valentine yang penuh cinta, Warisan Budaya Indonesia Foundation mempersembahkan musikal sinematik 'City of Love' untuk memperlihatkan kisah cinta yang penuh makna.
City of Love mengeksplorasi sejarah Indonesia di era 1930-an yang dibalut dengan perjalanan cinta. Melalui City of Love, sutradara Hanung Bramantyo memperlihatkan bahwa sejarah tidak membosankan ketika dibalut romansa.

Baca Juga
Warisan Budaya Indonesia Bikin Drama Musikal Sinematik City of Love, Digarap Hanung Bramantyo!
Dikemas dengan latar belakang era tahun 1930 hingga 1950, musikal sinematik ini sarat dengan detail busana dan dandanan di era tersebut, serta setting panggung yang menawan. Selama pertunjukan, penonton juga bisa menikmati alunan orkestra Tohpati yang baru pertama kali berkolaborasi dengan Hanung Bramantyo.
Sekitar 16 lagu terpilih disuguhkan untuk musikal sinematik ini, seperti Cinta, Anak Jalanan, Bagaikan Langit, Lagu Cinta, dan masih banyak lagi.

Baca Juga
Penuh Warna, Cantiknya Padu Padan Kain Indonesia Timur di Gathering WBI
Penonton 'City of Love' juga dimanjakan dengan pengalaman imersif dan spektakuler. Karena panggungnya didesain menggunakan rotator berdiameter 18 meter, enam sisi LED berbeda, membawa penonton dalam suasana cerita yang menghanyutkan, serta layar terbesar di atas panggung, sehingga mendapat apresiasi oleh Museum Rekor Indonesia sebagai pertunjukan panggung Indonesia dengan sentuhan kelas dunia.
Musikal sinematik 'City of Love' diproduksi oleh Warisan Budaya Indonesia Foundation, yang diketuai Yanti Airlangga. Tema yang diangkat pun sejalan dengan visi Warisan Budaya Indonesia Foundation yang concern terhadap pelestarian budaya.

Baca Juga