JAKARTA, iNews.id - Profil Ma’arif Institute adalah lembaga pembaruan pemikiran dan advokasi yang didirikan pada tahun 2003, berfokus pada pengembangan Islam yang inklusif, toleran, dan berkeadilan sosial sesuai dengan cita-cita sosial dan intelektualisme Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah.
Lembaga ini berperan sebagai gerakan kebudayaan yang mengedepankan tiga aspek utama: keislaman, kemanusiaan, dan keindonesiaan, serta menjadi bagian penting dari jaringan gerakan Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia.

Baca Juga
Pakistan Tangkap Pilot Perempuan Pertama India setelah Pesawatnya Ditembak
MAARIF Institute aktif mendorong nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, pluralisme, dan dialog antar-agama untuk memperkuat kohesi sosial dan keadilan berbasis kebinekaan.
Selain itu, institusi ini memperluas partisipasi masyarakat sipil dan generasi muda dalam mewujudkan tatanan kehidupan yang berkeadilan dan inklusif.

Baca Juga
MAARIF Institute Kritik Program Kirim Siswa ke Barak Militer: Rusak Sistem Pendidikan!
Berbasis di Jakarta, MAARIF Institute menjalankan berbagai program penelitian dan advokasi yang berorientasi pada pengembangan pemikiran Islam progresif dan kemanusiaan universal, serta menjadi wadah pertukaran ide dan dialog antar-budaya yang konstruktif. Komitmen lembaga ini tercermin dalam upayanya memperjuangkan Islam rahmatan lil ‘alamin yang sesuai dengan nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia di Indonesia.
Dengan visi menjadi lembaga pembaruan pemikiran Islam yang berlandaskan keadilan sosial dan kemanusiaan, MAARIF Institute terus memperkuat perannya sebagai pilar penting dalam memperjuangkan kebinekaan dan toleransi di Indonesia.
Profil Ma'arif Institute:
- Tahun berdiri: 2003
- Fokus: Pembaruan pemikiran Islam, advokasi kemanusiaan, demokrasi, dan pluralisme
- Pendiri utama: Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif
- Lokasi: Jakarta Selatan
- Website resmi: maarifinstitute.org
Kritisi Kebijakan Dedy Mulyadi: ‘Anak Nakal’ Dikirim ke Barak Militer
Baru-baru ini, MAARIF Institute menyampaikan keprihatinan atas rencana Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang menginisiasi kebijakan mengirim siswa “berperilaku menyimpang” ke barak militer sebagai upaya mendisiplinkan mereka. Hal itu disampaikannya melalui akun X resmi mereka.
“MAARIF Institute menyampaikan keprihatinan atas rencana Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang akan mengirim siswa “berperilaku menyimpang” ke barak militer. Ini bukan solusi. Ini bentuk kekerasan simbolik dalam dunia pendidikan,” tulis akun tersebut pada X.
Sekadar informasi, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kembali menjadi sorotan publik setelah meluncurkan kebijakan kontroversial mengirim anak-anak yang dianggap "nakal" ke barak militer sebagai upaya mendisiplinkan mereka.
Program ini sudah diterapkan di beberapa daerah seperti Purwakarta, Bandung, dan Cianjur, dengan melibatkan TNI-Polri untuk memberikan pelatihan semi militer kepada siswa SMP yang terlibat dalam tawuran, narkoba, bolos sekolah, dan perilaku bermasalah lainnya.
Kebijakan ini memicu pro dan kontra luas. Pendukung menilai program tersebut efektif memberikan efek kejut positif dan menanamkan kedisiplinan pada anak-anak dari lingkungan yang tidak kondusif. Beberapa orang tua bahkan mengaku anak mereka menjadi lebih patuh dan mau makan setelah mengikuti program tersebut.
Namun, banyak pakar pendidikan, psikolog, dan aktivis hak anak mengkritik kebijakan ini karena dianggap melanggar hak anak dan berpotensi menimbulkan trauma psikologis jangka panjang.