TEL AVIV, iNews.id - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan serangan udara ke Jalur Gaza pada Selasa (18/3/2025) hanya permulaan. Serangan brutal tersebut menewaskan 404 orang serta banyak korban yang masih terkubur di reruntuhan bangunan. Selain itu 562 orang lainnya luka, mendapat perawatan seadanya di rumah sakit karena keterbatasan pasokan medis.
Bukan hanya itu, Netanyahu memperingatkan negosiasi dengan Hamas ke depannya akan berlangsung di bawah tekanan.

Baca Juga
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Gaza Tewaskan Ratusan Orang, Desak DK PBB Bertindak
"Kami telah memperpanjang gencatan senjata selama beberapa pekan meski kami belum menerima sandera sebagai imbalannya," ujarnya, dalam pidato yang disiarkan di televisi, seperti dikutip dari Anadolu, Rabu (19/3/2025).
Israel, kata dia, juga telah mengirim delegasi ke Doha, Qatar dan menerima proposal Amerika Serikat yang disampaikan utusan Presiden Donald Trump, Steve Witkoff. Namun Hamas menolak proposal tersebut. Alasannya proposal untuk memperpanjang gencatan senjata tahap pertama, bukan masuk ke tahap kedua, itu tak menjamin penghentian perang secara permanen, melainkan hanya sementara.

Baca Juga
Israel Bantai 150 Anak-Anak Gaza dalam Sehari, Lembaga HAM: Genosida Terang-terangan
Media Israel melaporkan pada Kamis pekan lalu, Witkoff mengajukan proposal terbaru kepada kedua pihak, menawarkan pembebasan lima sandera Israel dengan imbalan gencatan senjata selama 50 hari, pembebasan tahanan Palestina, akses bantuan kemanusiaan, serta pembicaraan menuju fase gencatan senjata fase kedua.
Sehari kemudian, Hamas mengumumkan telah menerima proposal dari negara-negara mediator dan setuju untuk membebaskan sandera sandera warga ganda Israel-AS serta empat jenazah. Sebagai imbalannya, Hamas mendesak dimulainya negosiasi fase kedua dan pertukaran tahanan.

Baca Juga