20 Contoh Teks Resensi, Lengkap dengan Strukturnya

1 week ago 11

JAKARTA, iNews.id - Contoh teks resensi berikut ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi kamu yang ingin memberikan ulasan terhadap sebuah buku. Resensi merupakan suatu bentuk tulisan kritis yang memberikan tinjauan tentang karya seni, buku, film, atau acara lainnya.

Terdapat beberapa contoh teks resensi yang dibuat dengan tujuan untuk memberikan gambaran umum tentang karya tersebut serta pendapat dari penulis resensi sendiri. Adapun karya yang dapat diulas diantaranya, film, buku, cerpen, dan novel. Dengan dituliskannya suatu resensi, diharapkan bagi mereka yang membaca maupun menonton dapat memahami suatu karya. 

 Intelijen China Berupaya Merekrut Pegawai Pemerintah Amerika Serikat

Baca Juga

AS: Intelijen China Berupaya Merekrut Pegawai Pemerintah Amerika Serikat

Melansir berbagai sumber, Rabu (9/4/2025), berikut contoh teks resensi yang dapat dijadikan sebagai referensi. 

Contoh Teks Resensi

1. Contoh Resensi Buku Non Fiksi berjudul “Cewek Smart”

Identitas

7 Contoh Teks Prosedur Membuat Makanan

Baca Juga

7 Contoh Teks Prosedur Membuat Makanan

Judul: Cewek Smart

Pengarang: Ria Fariana

5 Contoh Teks Negosiasi 4 Orang, Bisa Jadi Referensi Belajar Siswa

Baca Juga

5 Contoh Teks Negosiasi 4 Orang, Bisa Jadi Referensi Belajar Siswa

Penerbit: Gema Insani

Tahun Terbit: 2008

20 Contoh Teks Prosedur Sederhana, Pahami dan Pelajari!

Baca Juga

20 Contoh Teks Prosedur Sederhana, Pahami dan Pelajari!

Tebal Buku: 200 halaman

Sinopsis

 Kesalahan Umum yang Harus Dihindari

Baca Juga

Contoh Teks Negosiasi Formal Singkat: Kesalahan Umum yang Harus Dihindari

Buku berjudul Cewek Smart ini dirancang untuk membantu para remaja perempuan agar dapat menyikapi berbagai masalah yang sering dihadapi di sekitarnya. Buku ini juga mengupas berbagai hal mengenai bagaimana cara menjadi perempuan yang cerdas dan memiliki kepribadian yang sesuai dengan ajaran Agama Islam.

Perempuan cerdas yang sesuai dengan syariat yang dimaksud adalah seorang perempuan yang menggunakan kecerdasannya untuk menambah keimanannya. Sehingga cerdas dalam hal ini tidak hanya bisa diukur dari tingginya nilai raport yang diperoleh. Akan tetapi bagaimana mereka mampu menyelesaikan masalah dalam hidup dengan tolok ukur agama dan bertanggung jawab.

Secara umum, buku ini berbicara mengenai dasar-dasar menjadi seorang perempuan soleha yang cerdas dan sesuai dengan syariat. Buku ini juga menjelaskan bahwa remaja perempuan tidak perlu berpacaran dan tidak perlu bersikap centil dan juga penjelasan serta alasannya mengapa tak perlu berlaku demikian.

Karena pada dasarnya, perempuan harus menjalani kehidupan yang praktis dan sarat akan nasihat agar dapat menyelesaikan dan menyikapi masalah dengan bijak. Oleh sebab itu, buku ini sangat bermanfaat untuk membantu menyadarkan para remaja perempuan agar dapat bersikap sesuai dengan syariat atau ajaran agama Islam.

Sehingga dengan membaca buku yang ditulis oleh Ria Fariana ini, setiap orang dapat merenungkan mana yang seharusnya dilakukan dan mana yang seharusnya tidak dilakukan. Di dalam buku ini juga memuat berbagai kata bijak yang bisa dijadikan sebagai renungan dan motivasi hidup.

Analisis

Kelebihan buku berjudul Cewek Smart ini adalah bermanfaat sebagai penuntut remaja perempuan untuk bersikap dan berperilaku yang benar sesuai dengan syariat agama Islam. Selain itu, buku ini menggunakan bahasa yang sangat mudah dipahami karena bahasanya adalah bahasa yang santai, populer, dan juga gaul.

Cover buku ini juga sangat menarik. Disajikan gambar kartun yang lucu dan penuh warna, sehingga menambah keistimewaan buku ini dan cocok untuk remaja perempuan.

Evaluasi

Meski demikian, ada kekurangan atau kelemahan di dalam buku ini. Buku ini tidak terlalu laku di pasaran dan gambar dan ilustrasi yang ada di dalamnya masih berwarna hitam putih, sehingga kurang menarik secara visual.

2. Contoh Resensi Novel berjudul “Negeri 5 Menara”

Identitas

Judul Buku: Negeri 5 Menara

Penulis: Ahmad Fuadi

Tebal Buku: 423 halaman

Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit: 2009

Orientasi

Novel karya Ahmad Fuadi ini sudah difilmkan. Tokoh utama di dalam novel ini adalah Alif. Ia lahir di Minangkabau. Sejak kecil, Ia mempunyai cita-cita menjadi seperti B. J. Habibie. Oleh karena itu, setelah SMP Ia berencana melanjutkan SMU di Padang. Ia berharap dapat kuliah di jurusan yang diinginkannya.

Sinopsis

Amak Alif berkeinginan Ia menjadi penerus Buya Hamka. Hal ini membuat impian Alif kandas. Orang tuanya menawari untuk sekolah agama atau pergi ke pondok pesantren. Alif sempat kesal, namun Ia tidak ingin mengecewakan orang tuanya. Akhirnya, Ia masuk pondok. Pamannya memberi saran untuk masuk ke Pondok Pesantren modern Gontor di Jawa Timur.

Awalnya Alif menjalaninya dengan setengah hati, namun akhirnya Ia tetap ingin melanjutkan di pondok pesantren karena mendengar kalimat bahasa Arab “Man Jadda Wajada” yang artinya adalah barang siapa bersungguh-sungguh pasti bisa.

Di pondok, Ia memiliki teman baru yang berasal dari berbagai daerah. Mereka adalah Raja, Dulmajid, Said, Atang dan Baso. Mereka habiskan waktu sehari-hari dengan hafalan Al-Qur’an, belajar bahasa Arab dan bahasa Inggris siang malam. Pada tahun pertama, mereka merasa berat namun tahun-tahun berikutnya mereka jalani dengan penuh warna dan pengalaman.

Suatu hari Baso keluar dari pondok, hal ini menggugah semangat Alif dan teman-temannya untuk segera lulus dan menjadi orang sukses serta mewujudkan impiannya untuk pergi ke benua Eropa dan Amerika.

Akhirnya, impian merekan terwujud. Alif berada di Amerika, Atang di Afrika, Raja di Eropa, Baso di Asia, Said dan Dulmajid di Indonesia. Anda dianjurkan untuk tidak meremehkan suatu impian karena Allah Maha Mendengar.

Analisis

Ceritanya menarik dan membuat pembaca penasaran untuk mengetahui lebih lanjut kehidupan di dunia pesantren. Di dalam novel ini banyak dijumpai motivasi.

Evaluasi

Bagian klimaks ceritanya kurang menonjol dan penjelasan mengenai kehidupan beberapa tokoh dalam novel tersebut kurang.

3. Contoh Resensi Cerpen berjudul “Aku Mencintaimu dengan Bismillah”

Identitas

Judul Cerpen: Aku Mencintaimu dengan Bismillah

Pengarang: Benny Can

Tebal Buku: 192 Halaman

Cetakan: Tahun 2013

Sinopsis

Cerpen ini menceritakan Rendi yang merupakan pemuda romantis. Dia memiliki perasaan pada seorang gadis bernama Shekar. Pada suatu hari Rendi mengajak Shekar ke pantai saat senja. Di sini Rendi menyatakan cinta pada Shekar.

Akan tetapi Yuli yang merupakan sahabat Rendi tiba tiba datang membawa kabar, apabila Shekar sedang sakit. Dan mengidap penyakit berbahaya yakni Tumor Rahim.

Analisis

Makna dari cerpen ini sungguh mendalam, mengenai sebuah penerimaan dan keikhlasan. Cerpen ini pun mengemas kisah cinta keduanya dengan bahasa yang sangat puitis dan membuat pembaca terbawa suasana.

Evaluasi

Hanya saja yang mengganjal dari cerpen ini adalah endingnya yang tidak jelas atau menggantung. Karena meskipun Rendi mau menerima Shekar yang tidak akan bisa memberinya keturunan namun kita tidak tahu apakah akhirnya mereka bisa menikah.

4. Contoh Resensi Cerpen berjudul “Cinta adalah Kesunyian”

Identitas

Judul Cerpen : Cinta adalah Kesunyian

Nama Pengarang : Gabriel Garcia Marquez

Penerbit : Pusaka Sastra LKiS Yogyakarta

Penerjemah : Anton Kurnia

Tebal Buku : 164 halaman

Cetakan : ke-IV, Juli 2009

Sinopsis

Florentino Ariza sebagai tokoh utama dalam cerpen ini menggambarkan seorang lelaki dewasa yang selalu melamunkan dan membayangkan pujaan hatinya. Fermina Daza, perempuan khayalannya itu tak banyak diceritakan dalam cerpen ini. Namun pengarang lebih menekankan inti cerita pada arti cinta dan kesunyian.

Dalam perjalanan Florentino Ariza, ia mendapatkan kejadian yang sangat tak terduga. Suatu cinta ia dapat dengan sekejap dengan seorang wanita yang tak ia kenal sedikit pun dan hilang begitu saja dalam kesunyian. Dengan bagaimana Florentino Ariza mendapatkan cinta sesaatnya itu? Coba luangkan sedikit waktu untuk membaca cerpen peraih Nobel Sastra ini, mungkin akan menambah inspirasi karya sastra kita.

Analisis

Pengarang menitikberatkan gambaran dan bahasa sastra lama, kebahasaan yang sangat dijiwai pengarang membuat para pembaca kagum. Dan membuat para pembaca lebih terinspirasi. Terutama pada diakhir-akhir alinea, mulai terlihat ciri pengarang yang menggambarkan cerita dapat berakhir dengan hal apapun, tak harus sedih atau pun senang.

Evaluasi

Cerpen ini menggambarkan abad dua puluhan yang kemungkinan besar banyak pembaca sulit membayangkan pada masa itu. Dan mungkin tidak sedikit pembaca akan berhenti di lembar kedua, karena di masa kini sulit untuk memahami bacaan yang tinggi kebahasaannya.

5. Contoh Resensi Buku Fiksi berjudul “Almond”

Identitas

Judul: Almond

Pengarang: Sohn Won Pyung

Penerjemah: Suci Anggunisa Pertiwi

Jumlah Halaman: 222 halaman

Penerbit: PT Grasindo

Tahun Publikasi: 2019

Orientasi

Sohn Won Pyung, perempuan kelahiran Seoul ini mengajak pembaca untuk mengetahui lebih dalam kehidupan seorang penderita Alexythimia. Alexythimia sendiri terjadi karena kurang berkembangnya rasa emosional masa kanak-kanak, pasca-gangguan stress traumatis, atau memiliki amigdala dengan ukuran lebih kecil, sehingga tidak bisa mengidentifikasi emosi.

Awalnya, penulis menceritakan bagaimana kehidupan seorang anak bernama Yoonjae yang

yang dijuluki “monster” oleh orang sekitar karena mengidap Alexythimia. Cerita ini dikemas dengan hangatnya unsur kekeluargaan karena dijabarkan bagaimana peran keluarganya dalam mengajarkan Yoonjae cara bersosialisasi, berekspresi, dan berempati.

Tetapi, kehangatan tersebut lenyap saat memasuki pertengahan cerita. Setelah Yoonjae kehilangan seluruh anggota keluarganya, penulis menyuguhkan perjuangan Yoonjae untuk bertahan hidup di tengah kerasnya dunia hingga bertemu “monster” lain dengan latar belakang yang berbeda.

Lewat novel Almond, penulis mampu menggambarkan suatu penyakit secara detail melalui kehidupan seorang tokoh namun tidak terkesan hiperbola. Akibatnya, pembaca mampu merasakan kesedihan dan empati yang cukup mendalam atas cerita yang disuguhkan. Pembawaan ceritanya juga cukup ringan dan mampu menjelaskan suatu masalah dari sudut pandang baru yang mungkin tidak semua orang dapat merasakannya.

Sinopsis

“Anak yang tidak punya rasa takut dan tenang dibandingkan teman sebayanya.” Itulah yang dikatakan ibu Yoonjae dalam menggambarkan sosok putranya. Cerita ini dimulai ketika Yoonjae memiliki tingkah laku yang mengkhawatirkan.

Yoonjae selalu memasang ekspresi wajah yang sama setiap waktu, seperti ketika terkena air panas, melihat temannya terjatuh, melaporkan kejadian pembunuhan yang ia lihat dengan mata kepala sendiri, juga ketika sedang dipuji atau bahkan dicemooh sekalipun.

Dimana pun dan kapan pun ekspresinya tidak pernah berubah, selalu datar. Hal tersebut membuat ibunya khawatir, awalnya ia mengira anaknya mungkin memiliki sifat pendiam, namun ketika semakin gusar ia pun mencoba berkonsultasi dengan dokter dan mendapat hasil yang membuatnya sedih. Hari demi hari cemoohan terus berdatangan kepada Yoonjae.

Terdapat dua alasan mengapa orang menjauhinya, mereka takut seperti halnya Yoonjae adalah monster yang yang harus dijauhi dan mereka merasa kesal karena Yoonjae tidak memiliki empati sedikit pun. Tetapi, meskipun begitu, ibu dan neneknya terus membantu Yoonjae bagaimana cara berekspresi dan berempati.

Berbagai cara dilakukan hingga hal tersebut terasa seperti hafalan yang akan keluar pada ujian tulis. Tak lupa, ibunya juga selalu memberi Yoonjae almond dan berharap almond yang ada di kepala Yoonjae akan semakin membesar seiring waktu. Walaupun ia tahu hal tersebut mustahil.

Hingga ketika mereka bertiga pergi merayakan ulang tahun Yoonjae dengan memakan naengmyeon, mie gandum dengan kuah kaldu sapi yang dingin di tengah derasnya salju turun, ketika itu pula Yoonjae harus kehilangan ibu dan neneknya, anggota keluarga yang hanya dimiliki Yoonjae karena serangan brutal penjahat.

Dalam situasi seperti itu pun Yoonjae tetap mematung dengan wajah datar sembari menyaksikan darah berlumuran di kaca, hingga akhirnya pihak polisi dan ambulance datang. Neneknya dinyatakan wafat dan ibunya harus terbaring di rumah sakit dalam keadaan koma.

Di tengah kesendiriannya, ia bertemu Prof. Shim, pemilik kontrakan yang ia sewa dan ternyata cukup dekat dengan sang ibu. Prof. Shim terus membantu Yoonjae dalam degala hal hingga menjadi wali Yoonjae. Ia juga bertemu Gon, seorang berandalan sekolah yang bahkan sudah menghajarnya ketika mereka pertama kali bertemu.

Setelah Gon mengetahui bahwa Yoonjae tidak akan pernah merubah ekspresinya, Gon semakin kesal dan merasa tertantang untuk mencari tahu lebih dalam tentang Yoonjae. Beberapa interaksi yang terjadi diantara keduanya membuat mereka semakin dekat, dengan berbagai perbedaan dan juga persamaan yang dimiliki, mereka berhasil memberikan pelajaran hidup bagi dirinya masing-masing.

Walaupun keduanya dijuluki “monster” oleh siswa lain, namun persamaan itu lah yang membuat mereka cocok. Menjelang akhir cerita, penulis juga mendatangkan sosok baru yang membuat kehidupan Yoonjae semakin berwarna. Banyak perubahan yang terjadi dalam diri Yoonjae, namun ia sendiri tidak tahu apakah perubahan tersebut mengarah pada hal baik atau buruk.

Analisis

Novel ini memiliki banyak pelajaran hidup secara tersurat maupun tersirat yang dapat pembaca ambil. Seringkali kita menyepelekan emosi yang timbul dalam diri, namun bagaimana dengan orang yang tidak mampu mengutarakan perasaannya dalam bentuk emosi? Setiap peristiwa yang ditampilkan menyadarkan pembaca akan pentingnya empati dan bersyukur.

Dengan latar belakang psikologis, penjelasan mengenai suatu penyakit tersebut sukses memberi wawasan baru dan sudut pandang baru. Terbitnya novel Almond juga bisa membuat masyarakat semakin aware terhadap Alexythimia. Penggunaan sudut pandang pertama membuat pembaca semakin bisa memahami apa yang sebenarnya dirasakan oleh Yoonjae sebagai pengidap Alexythimia.

Bahasa yang digunakan juga ringan dan konflik yang disajikan pas sehingga membentuk kombinasi yang sempurna untuk novel ini. Selain itu, penulis mampu menggambarkan dengan jelas suasana Korea Selatan sebagai latar belakang tempat cerita ini sehingga pembaca bisa dengan mudah membayangkan setiap adegannya.

Evaluasi

Karena mengandung cerita-cerita pada masa SMA sehingga terdapat beberapa adegan yang sudah bisa ditebak, namun tidak mengganggu plot twist yang disajikan di ujung cerita. Penggunaan kata ganti yang cukup banyak juga cukup membingungkan pembaca dalam mengartikan point of view orang yang dimaksud.

6. Contoh Resensi Buku Fiksi berjudul “Le Petit Prince”

Identitas

Judul: Le Petit Prince

Pengarang: Antoine de Saint-Exupéry

Jumlah Halaman: 120 halaman

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun Publikasi: 2022

Orientasi

Tidak banyak orang yang tertarik pada buku anak-anak. Mulanya, banyak yang berpikir demikian tentang buku ini. Dari sampulnya saja, sudah tergambar sosok seorang anak berambut kuning. Mayoritas akan berpikir bahwa buku ini berkisah tentang dongeng anak. Namun, begitu membuka halaman awal, sesuatu menggelitik.

Sinopsis

Biasanya, halaman pengantar tidak terlalu menarik untuk dibaca. Akan tetapi, buku ini-Le Petit Prince (Pangeran Cilik)– memiliki keunikannya bahkan sejak halaman pertama. Kepada anak-anak aku mohon maaf, karena mempersembahkan buku ini kepada seorang dewasa. Di luar harapan, kejutan akan menyapa begitu kita membalik halaman berikutnya. Salah satu hal yang paling unik dari buku ini adalah sebuah kutipan “semua orang dewasa pernah menjadi anak-anak”. Maka, pada akhirnya buku ini tidak mengenal usia. Siapapun berhak membaca. Siapa saja perlu dihibur.

Le Petit Prince (Pangeran Cilik) termasuk salah satu buku yang paling banyak diterjemahkan di dunia. Sang pengarang, Antoine de Saint-Exupéry begitu apik menyajikan cerita dari sudut pandang seorang anak yang naif dan lugu. Si penulis, begitu lihai menyentuh nilai-nilai dasar kehidupan yang patut untuk menjadi renungan. Tak heran, jika buku ini sudah mencapai cetakan kedua puluh enam di tahun 2022 ini.

Terakhir, kepada H. Chambert-Loir apresiasi amat tulus dipersembahkan. Karena setiap kata, setiap kalimat yang tertuang dalam buku ini menjadi karya sastra yang halus dan amat tinggi. Sebagaimana halnya sebuah kisah, Le Petit Prince (Pangeran Cilik) mengandung pengalaman berharga dan nuansa penuh amanat serta pengalaman samaran bagi orang dewasa.

Orang dewasa tidak pernah mengerti apa-apa sendiri, maka sungguh menjemukan bagi anak-anak perlu memberi penjelasan terus menerus.

Kutipan ini agaknya cukup mengusik. Ia memberi kesan bahwa orang dewasa memiliki kecenderungan banyak bertanya karena nihil pengetahuan. Namun, lewat cerita dari buku Le Petit Prince (Pangeran Kecil) ini kita diajak untuk merepresentasikan pengalaman masa kecil kita dalam sudut pandang yang berbeda. Dari bab pertama saja, pencerita sudah berkisah tentang mimpi masa kecilnya. Namun, pemikirannya yang lugu harus patah karena orang-orang dewasa dianggapnya mematahkan angannya. Orang dewasa yang digambarkan memberi nasihat itu, mengantarkan pencerita pada impian baru hingga membawanya memilih jalan hidup sebagai pilot.

Dalam perjalanannya sebagai seorang pilot, si pencerita kemudian bertemu dengan Pangeran Kecil berambut kuning. Pertemuan itu memberikan suatu pelajaran, bahwa betapapun tidak masuk akal, apabila sebuah keajaiban yang memukau terjadi, kita tidak berani membantah. Pun dengan perjumpaan keduanya, kemudian melahirkan cerita dan petualangan.

Sang Pangeran Cilik yang nampaknya banyak bertanya ini membawa pembaca kembali merenungi nilai-nilai dan pengalaman manusia yang paling dasar; tanggung jawab, cinta, ketergantungan, kekuasaan, dan ketulusan. Berbagai kisah luar biasa namun dengan metafora yang indah ini memberikan banyak pengalaman kehidupan. Misalnya saja, pengalaman Pangeran Cilik dengan sekuntum bunga yang pada akhirnya memberikan pembelajaran untuk tidak menilai seseorang atas dasar kata-kata semata, namun perlu memperhatikan perbuatannya.

Demikianlah, Pangeran Cilik kemudian berbagi kisah. Termasuk dari mana ia berasal, sebuah planet yang tidak lebih besar dari sebuah rumah. Bahkan, dari penamaan planet asal Sang Pangeran Cilik-Asteroid B612- ini, kita tersadar tentang fakta bahwa orang dewasa menyukai angka-angka. Selama bersama, Si Pencerita mengetahui sesuatu yang baru tentang Sang Pangeran Cilik.

Termasuk di antaranya adalah keberangkatannya maupun perjalanannya. Rentetan pengalaman membawa Pangeran Cilik bertemu dengan banyak orang, satu diantaranya adalah kisahnya dengan seorang raja yang mengesankan pada kita bahwa mengadili diri sendiri lebih sulit daripada mengadili orang lain. Jika berhasil akan itu, maka kamu adalah orang yang bijaksana.

Pada akhirnya, Pangeran Cilik mengajari kita bahwa setiap orang memiliki satu hal berharga yang berbeda-beda. Orang sekali-kali lalai terhadap hal berharga itu. Namun, lagi-lagi kita harus ingat dan bertanggung jawab atas hal berharga tersebut. Pun saat akan menilai sesuatu, dalam sebuah perjalanan Pangeran Cilik mengingatkan kita akan sesuatu yang berharga, begini kalimatnya “Hanya lewat hati kita melihat dengan baik. Yang terpenting tidak tampak di mata.”

Analisis

Ada lebih banyak kisah dan petualangan yang menarik dari buku ini. Meski terlihat sederhana, sejujurnya buku ini melahirkan banyak wawasan dan pengetahuan baru tak terduga. Salah satu alasan mengapa buku ini penting untuk dibaca: orang dewasa dapat memahami segalanya, bahkan buku untuk anak-anak. Maka, selamat menyelami petualangan unik dan berharga Bersama Pangeran Kecil!

7. Contoh Resensi Film berjudul “Ada Apa Dengan Cinta 2”

Identitas

Judul: Ada Apa dengan Cinta 2

Sutradara: Riri Riza

Produser: Mira Lesmana

Pemain: Nicholas Saputra, Dian Sastrowardoyo, Sissy Priscillia, Adinia Wirasti, Titi Kamal, Ario Bayu, Christian Sugiono, Dennis Adhiswara, Mian TIara, Dimi Cindyastira, Chase Kuertz, Lei-Lei Bavoil

Tahun Rilis: 2016

Sinopsis

Cinta sudah dewasa dan berencana untuk menikah. Namun sebelum itu Ia dan teman-temannya pergi ke Yogyakarta untuk liburan. Teman-temannya secara tak sengaja melihat Rangga dan memutuskan agar mereka bertemu. Mereka pun akhirnya bertemu dan membahas semua yang terjadi di antara mereka. Rangga memutuskan Cinta karena disuruh oleh Ayahnya. Setelah itu mereka tetap bercerita untuk menyelesaikan masalah hingga Cinta ‘diculik’ ke Magelang dan pulang ke penginapan subuh hari. Sebelum pamit, Rangga malah melayangkan ciuman dan disitulah drama yang lebih besar terpicu.

Analisis

Sebagai lanjutan dari Ada Apa dengan Cinta yang pertama, film ini sukses memberikan nostalgia pada para penonton yang tumbuh bersama tokoh dari film ini. Jalan ceritanya sederhana, semua setting tetap di Indonesia, terutama di Yogyakarta, tempat yang dekat dengan semua orang. Scene di Yogyakarta dan Magelangnya bagus sekali hingga bisa menumbuhkan animo masyarakat untuk pergi mengunjungi temapat film ini diproduksi.

Evaluasi

Ending yang masih menggantung membuat penonton kurang puas. Sepertinya akan ada lagi lanjutannya karena ending scene nya malah ada di pasangan Mamet dan Mili. Terasa kurang pas saja. Terlalu banyak alur yang sepertinya dipotong secara brutal. Mungkin ada alasannya yang hanya diketahui oleh para seniman pembuat film ini.

Film ini cocok untuk kamu tonton kapan pun. Film ini dibintangi oleh para pemain yang benar-benar berpengalaman. Para pemain yang dulunya masih junior sekarang sudah bisa dibilang senior. Jadi kualitas aktingnya pun lebih bagus.

8. Contoh Resensi Film berjudul “Wicked”

Identitas

Judul : “Wicked”

Director: Jon M. Chu

Durasi : 2 jam 40 menit

Tahun Rilis: 2024

Pemain: Cynthia Erivo, Ariana Grande, Jonathan Bailey, Ethan Slater, Bowen Yang, Marissa Bode, Peter Dinklage, Michelle Yeoh, dan Jeff Goldblum.

Orientasi

Bayangkan bila ternyata semua yang kita tahu hanya kebohongan hasil fabrikasi para pemegang kuasa. Begitulah rasanya menonton Wicked, yang mengadaptasi pertunjukan Broadway berjudul sama, yang juga berasal dari novel Wicked: The Life and Times of the Wicked Witch of the West karya Gregory Maguire. Tatanan dunia The Wonderful Wizard of Oz karya L. Frank Baum diobrak-abrik, dan lewat ayunan tongkat ajaib John M. Chu selaku sutradara, melahirkan salah satu film musikal terbaik di era modern.

Sinopsis

Melalui film legendaris The Wizard of Oz (1939), banyak orang berkenalan dengan keajaiban dunia Oz. Penyihir Oz yang pemurah walau memalsukan kekuatannya, Glinda si penyihir baik hati, hingga Wicked Witch of the West yang ditakuti. Kita familiar dengan mereka semua. Tapi bagaimana kalau realitanya jauh berbeda?

Si penyihir jahat dari Barat rupanya hanya perempuan bernama Elphaba Thropp (Cynthia Erivo) yang menjadi korban perundungan, bahkan oleh ayahnya sendiri, akibat terlahir dengan kulit berwarna hijau. Sedangkan Glinda (Ariana Grande) bukan figur suci nan sempurna sebagaimana citranya selama ini, melainkan gadis manja penyuka warna merah muda, yang bisa mendapatkan apa pun keinginannya berkat segala privilege miliknya.

Keduanya berkenalan di Universitas Shiz, dan awalnya saling tidak menyukai akibat kesenjangan di antara mereka. Terlebih saat Glinda tahu kalau Elphaba, yang diam-diam memiliki kekuatan sihir, merupakan siswi kesayangan Madame Morrible (Michelle Yeoh), si kepala sekolah yang jadi idolanya. Tapi seiring waktu Elphaba dan Glinda mulai bersahabat, lalu bersatu untuk menghadapi banyaknya ketidakadilan yang menggelayuti Oz.

Analisis

Jika Elphaba adalah manifestasi drama kisah ini, maka Glinda mewakili sisi komedik yang lebih ringan. Baik Cynthia Erivo yang mengangkat kekuatan emosi banyak adegan, maupun Ariana Grande dengan kehebatannya mengolah ragam gerak-gerik menggelitik, sama-sama tampil luar biasa.

Dari situlah formula familiar dunia Oz dimodifikasi. Naskah buatan Winnie Holzman dan Dana Fox menyelipkan subteks rasisme yang tak hanya berkutat di ranah isu sosial, tapi juga politis. Wicked adalah soal “framing”. Ketika para penguasa memanfaatkan golongan yang dianggap berbeda dengan menyetir citra mereka ke arah negatif, dan membangun stigma bahwa perbedaan tersebut adalah hal mengerikan yang harus diwaspadai. Relevansinya begitu tinggi.

Jubah hitam, topi kerucut yang juga berwarna hitam, serta sapu terbang. Karena kisah yang telah diwariskan sedari dulu, secara otomatis, kesan negatif langsung mencuat di benak kebanyakan orang sewaktu mendengar imageries di atas. Tapi bagaimana kalau ternyata semua itu hanya gaya berpakaian yang tak ada kaitannya dengan baik/jahat?

Dentuman musik gubahan John Powell dan Stephen Schwartz, deretan koreografi asyik yang tak jarang mampu memancing senyum, tata artistik sarat kreativitas (adegan berlatar “perpustakaan yang berputar” jadi contoh terbaik) juga sinematografi megah arahan Alice Brooks, mampu disatukan oleh John M. Chu guna menghantarkan ragam nomor musikal epik yang tidak hanya memikat mata, pula mengikat hati.

Dua musikal tampil paling menonjol terkait presentasi emosi, yakni Dancing Through Life yang mengawali persahabatan Elphaba dan Glinda lewat sebuah “tarian sunyi” yang begitu menyentuh, dan tentunya Defying Gravity yang menciptakan klimaks dengan banyak ledakan rasa.

Berlatar langit senja Oz, Chu memotret Elphaba layaknya sosok agung yang akhirnya memutuskan untuk melayang di angkasa, menatap orang-orang yang berdiri diam di bawahnya sembari membiarkan diri mereka dikuasai ketakutan akibat stigma, sebelum kemudian pergi menempuh jalan pilihannya sendiri. Tatkala orang-orang memilih ruang aman dengan mengamini manipulasi penguasa, Elphaba berani melawan, biarpun itu membuatnya dicap sebagai penebar teror.

Evaluasi

Durasinya memang bergulir agak terlalu lama (Part One ini berdurasi 160 menit, di saat versi Broadway total “cuma” berlangsung 150 menit), tapi di sinilah musikalnya berperan. Sebuah musikal yang benar-benar berperan menggerakkan alur sekaligus menguatkan penokohan tiap karakternya.

9. Contoh Resensi Buku Non Fiksi berjudul “Habit is Power”

Identitas

Judul : “Habit is Power”

Pengarang: Tjahjo Harry Palopo

Jumlah Halaman : 188 halaman

Penerbit: Checklist

Tahun Publikasi: 2021

Orientasi

Sebuah kebiasaan pada diri sendiri merupakan ciri khas yang cukup sulit untuk dihilangkan. Apalagi jika kebiasaan itu sudah sejak kecil kita lakukan, baik dalam hal positif maupun negatif. Namun, jika kamu mempunyai kebiasaan negatif, tentunya menjadi suatu hal yang tak baik kedepannya bagi diri kita sendiri.

Melalui buku Habit is Power, pengarang mengajak kita untuk mengenali cara untuk menghilangkan kebiasaan lama yang sudah mengakar pada diri kita sendiri. Kebiasaan lama itu yang tentunya berdampak negatif, sehingga kita harus menghancurkan kebiasaan lama tersebut. Kita dapat mengganti kebiasaan negatif itu menjadi hal yang positif.

Sinopsis

Dalam keadaan sadar maupun tidak sadar, kita mempunyai kebiasaan yang biasanya dilakukan secara terus-menerus dan kebiasaan itu dapat berpengaruh besar dalam kehidupan kita. Kebiasaan lama jika tidak dipelajari dan dilakukan dengan baik juga tak akan menghasilkan perubahan baru yang positif, termasuk masa depan yang sukses bagi kita.

Kita tentunya harus mengubah kebiasaan lama yang negatif itu agar berubah menjadi positif untuk diri kita. Namun, motivasi saja tidak cukup untuk menghilangkan kebiasaan buruk tersebut. Memang motivasi suatu hal berupa niat untuk memulai, tetapi kebiasaanlah yang akan membuat kita tetap terus menjalaninya.

Untuk meraih pencapaian tertentu, kita harus berusaha untuk menghancurkan kebiasaan lama yang buruk dan mulai membangun kebiasaan yang positif. Buku ini akan sangat membantu kamu untuk mewujudkan semua itu. Bahkan, kamu akan mencapai kesuksesan serta impian yang diinginkan.

Analisis

Tips dan cara yang disampaikan penulis pada buku Habit is Power sangat bagus, sehingga cocok untuk pembaca yang sedang memperbaiki kualitas hidup. Ide yang disampaikan juga cukup fresh, tidak bertele-tele, dan menggunakan bahasa yang sederhana.

Evaluasi

Sayangnya, penulis hanya memberikan cara dan saran dengan tertulis tanpa memberikan hal yang bersifat praktikal di kehidupan sehari-hari. Namun, buku ini sangat worth it untuk dibaca. Di aplikasi Goodreads, Habit is Power memiliki rating 4 dari 5. Ini menandakan pembaca cukup menyukai keseluruhan buku. Selain mudah untuk dibaca, buku ini lumayan singkat, sehingga dapat dihabiskan dalam jangka waktu yang pendek.

10. Contoh Resensi Film berjudul “Budi Pekerti”

Identitas

Judul : “Budi Pekerti”

Sutradara: Wregas Bhanuteja

Durasi : 110 menit

Tanggal Rilis: 2022

Pemain: Angga Yunanda, Prilly Latuconsina, Ine Febriyanti, Dwi Sasono

Orientasi

Wregas Bhanuteja kembali membuktikan tajinya sebagai pencerita ulung melalui Budi Pekerti. Ia menghadirkan fenomena cancel culture dengan sentuhan personal, menjadikannya begitu dekat dan membekas dalam benak. Kemampuan bertutur Wregas lewat film memang tak perlu diragukan. Apalagi, ia memusatkan cerita Budi Pekerti di Yogyakarta yang tak lain adalah kampung halamannya sendiri.

Sinopsis

Film Budi Pekerti berlatar tempat di Yogyakarta ketika masa pandemi Covid-19. Film ini berkisah tentang seorang guru Bimbingan Konseling (BK) yang bernama Bu Prani (Ine Febriyanti) yang berselisih paham dengan salah satu pengunjung di pasar. Ketika perselisihan itu sedang terjadi, tanpa sepengetahuannya ada seseorang yang merekam dan mengunggahnya pada media sosial.

Selanjutnya video yang telah diunggah tersebut akhirnya viral dan mendapatkan komentar negatif dari netizen. Netizen menilai sebagai seorang guru, sikap Bu Prani tidak mencerminkan seorang guru yang baik.

Video yang telah viral tersebut akhirnya didengar oleh kepala sekolah tempat dia mengajar. Atas kejadian tersebut pihak sekolah mengancam akan mengeluarkannya dari sekolah.

Selain berdampak pada sekolah, kejadian itu juga ikut berdampak pada keluarganya. Keluarga Bu Prani tidak bisa tenang karena identitas mereka selalu dicari-cari kesalahannya. Selain itu, mereka dihakimi dan dikecam atas kejadian tersebut.

Diceritakan, Bu Prani memiliki dua anak yaitu Tita (Prilly Latuconsina) dan Muklas (Angga Yunanda). Kedua anak Bu Prani tersebut pun bertekad ingin membantu permasalahan ini agar cepat terselesaikan. Mereka juga menjaga supaya bapak mereka yang bernama Didit (Dwi Sasono) tidak mengetahui permasalahan tersebut karena sedang mengidap depresi.

Bagaimanakah kelanjutan kisah Tita (Prilly Latuconsina) dan Muklas (Angga Yunanda) dalam mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang sedang mereka hadapi? Apakah masalah ini akan terus berlanjut atau berakhir dengan klarifikasi?

Analisis

Wregas bak enggan menggunakan Yogyakarta hanya untuk marketing stunt belaka. Ia justru mengerahkan memori masa kecilnya di kota itu dan mengawinkannya dengan berbagai referensi masa kini.

Hasilnya begitu memuaskan. Latar itu berperan penting dalam menyuguhkan nyawa film, baik secara narasi maupun visual. Budi Pekerti juga terasa membumi sekaligus nyata, menunjukkan usaha Wregas merawat akurasi latar dan suasana secara teliti dan bijak.

Di sisi lain, Budi Pekerti juga brilian dalam menyuguhkan dialog yang hampir seluruhnya berbahasa Jawa. Film ini ternyata berhasil memastikan semua karakternya dapat berinteraksi secara luwes, bahkan dalam urusan aksen medok

Saya tentu tidak ragu dengan ketelitian Wregas dalam menulis dialog. Ia terbukti cermat menentukan dialog mana yang harus memakai bahasa Jawa ngoko, krama inggil , kombinasi dengan bahasa Indonesia, termasuk kapan harus mengumpat atau ‘misuh’.

Kemampuan itu diimbangi dengan penampilan prima semua aktor yang terlibat, bahkan bagi mereka yang hanya mendapat screen time kurang dari semenit.

Evaluasi

Budi Pekerti menghadirkan sejumlah simbol semiotika pada visualnya yang bisa dibilang jadi ciri khas tersendiri. Sayangnya, arti dari beberapa simbol semiotika tersebut kurang tergambarkan dengan jelas sewaktu menonton, berbeda seperti film garapan Wregas sebelumnya yaitu Penyalin Cahaya yang artinya sangat jelas.

Terlepas dari hal tersebut, cara pengambilan gambar dalam film ini tetap membuat sejumlah adegannya jadi terasa semakin dramatis. Begitu juga scoring dan soundtrack sepanjang filmnya yang sukses membuat momen Bu Prani membuktikan dirinya tak bersalah jadi semakin terasa emosional.

Meski bergenre drama, Budi Pekerti terasa seperti sebuah ‘film horor’ yang membuat kita ketakutan setelah nonton sehingga lebih berhati-hati dalam bersikap di ruang publik dan ranah media sosial. Rasanya sangat layak jika Budi Pekerti disebut sebagai salah satu film terbaik pada tahun ini. 

Read Entire Article
Kabar Jateng | InewS | | |