JAKARTA, iNews.id - Amalan 10 terakhir Ramadhan adalah waktu yang sangat baik untuk memperbanyak amal ibadah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan contoh yang jelas dengan menunjukkan semangatnya dalam beramal di akhir bulan Ramadhan.
Ada dua alasan mengapa hal ini sangat penting. Pertama, karena setiap amal dinilai dari akhirnya. Kedua, untuk mendapatkan Lailatul Qadar.

Baca Juga
Ciri-Ciri Orang yang Mendapatkan Malam Lailatul Qadar: Hatinya Damai
Lailatul Qadar di Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan
Lailatul Qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Baca Juga
5 Kultum tentang Lailatul Qadar Beserta Dalilnya, Lengkap!
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169)
Pencarian Lailatul Qadar lebih dianjurkan pada malam-malam ganjil daripada malam-malam genap, seperti yang dijelaskan dalam hadis berikut:
Baca Juga
Sholat Lailatul Qadar, Bacaan Niat Lengkap Tata Cara dan Doanya
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2017)
Baca Juga
Cara Mendapatkan Malam Lailatul Qadar 2025: Menyambut Malam Penuh Berkah
Lebih Serius dalam Ibadah di Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Baca Juga
5 Keutamaan 10 Hari Terakhir Ramadhan, Nomor 3 Malam Lailatul Qadar
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174)
Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya melakukan amal shalih di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Waktu ini memiliki keistimewaan tersendiri dalam beribadah dibandingkan dengan hari-hari lainnya di bulan suci ini. Ibadah yang dimaksud mencakup shalat, dzikir, dan tilawah Al-Qur’an.
Hadis tersebut juga mendorong kita untuk membangunkan keluarga, terutama istri, agar turut melaksanakan shalat malam. Ini sangat dianjurkan, terutama pada sepuluh hari terakhir Ramadan. Membangunkan keluarga untuk beribadah adalah anjuran yang berlaku tidak hanya di sepuluh hari terakhir tetapi juga di hari-hari lainnya, sebagaimana disebutkan dalam hadis:
رَحِمَ اللَّهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِى وَجْهِهَا الْمَاءَ
“Semoga Allah merahmati seorang laki-laki yang di malam hari melakukan shalat malam, lalu ia membangunkan istrinya. Jika istrinya enggan, maka ia memerciki air pada wajahnya.” (HR. Abu Daud no. 1308 dan An Nasai no. 1148)