Bolehkah Mandi Wajib Setelah Sahur? Jangan Sampai Salah, Ini Panduan Praktisnya!

3 hours ago 2

JAKARTA, iNews.id -  Bolehkah mandi wajib setelah sahur? Pertanyaan ini seringkali muncul di benak umat Muslim, terutama di bulan Ramadan. Kebingungan ini wajar, mengingat pentingnya kesucian diri dalam menjalankan ibadah puasa. 

Mandi wajib, dalam bahasa Arab disebut al-ghusl, adalah tindakan menuangkan air ke seluruh tubuh dengan tata cara tertentu untuk menghilangkan hadas besar menurut syariat Islam. 

Niat Mandi Sebelum Puasa Ramadhan, Arab dan Artinya Lengkap dengan Tata Cara

Baca Juga

Niat Mandi Sebelum Puasa Ramadhan, Arab dan Artinya Lengkap dengan Tata Cara


Secara bahasa, al-ghusl berarti mengalirkan air ke sesuatu. Mandi wajib menjadi cara untuk membersihkan dan mensucikan diri dari segala najis dan kotoran yang menempel di tubuh.

Kondisi yang mewajibkan mandi wajib:

  • Keluar air mani
  • Bersetubuh, meski tidak keluar mani
  • Selesai haid
  • Nifas
  • Meninggal dunia 
  • Rukun mandi wajib meliputi mengalirkan air ke seluruh badan dan kepala. Mayoritas ulama menyunnahkan berkumur-kumur, memasukkan air ke hidung, dan menggosok badan.

Berikut penjelasan Bolehkah mandi wajib setelah sahur, dijawab oleh Ustaz Abu Uzair Boris Tanesia (Staf Pengajar LBIA) yang dilansir iNews.id dari laman Konsultasi Syariah, pada Sabtu (1/3/2025):

Niat Mandi Wajib Sebelum Puasa Ramadhan, Lengkap dengan Tata Caranya

Baca Juga

Niat Mandi Wajib Sebelum Puasa Ramadhan, Lengkap dengan Tata Caranya

Bolehkah Mandi Wajib Setelah Sahur?


Dasar Hadis Mandi Wajib Setelah Sahur

Istri tercinta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,


قَدْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُدْرِكُهُ الْفَجْرُ فِى رَمَضَانَ وَهُوَ جُنُبٌ مِنْ غَيْرِ حُلُمٍ فَيَغْتَسِلُ وَيَصُومُ.

Sambut Ramadhan 2025, Warga Batubara Gelar Kenduri Mogang-Mandi Belimau

Baca Juga

Sambut Ramadhan 2025, Warga Batubara Gelar Kenduri Mogang-Mandi Belimau


“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjumpai waktu fajar di bulan Ramadhan dalam keadaan junub bukan karena mimpi basah, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi dan tetap berpuasa.” (HR. Muslim, no. 1109)

Hadis tersebut mengisahkan bahwa Rasulullah SAW pernah mendapati waktu fajar tiba dalam kondisi junub akibat melakukan hubungan suami istri di malam hari, namun hal tersebut tidak menghalangi beliau untuk tetap berpuasa. Setelah memasuki waktu subuh, barulah Rasulullah SAW mandi junub.

Niat Mandi Nisfu Syaban Lengkap Tata Cara dan Keutamaan

Baca Juga

Niat Mandi Nisfu Syaban Lengkap Tata Cara dan Keutamaan

Dari peristiwa ini, para ulama menyimpulkan bahwa berjunub saat terbit fajar tidak membatalkan ibadah puasa. Meski demikian, yang utama dan dianjurkan adalah menyegerakan mandi junub begitu memasuki waktu Subuh agar dapat segera menunaikan kewajiban salat Subuh. 

Tindakan Rasulullah SAW yang bersegera mandi setelah fajar menunjukkan pentingnya kesucian diri dalam beribadah dan anjuran untuk tidak menunda pelaksanaan salat. 

Dengan demikian, meskipun diperbolehkan mandi junub setelah sahur, tetaplah utamakan untuk menyegerakannya agar dapat menunaikan salat Subuh tepat waktu dan dalam keadaan suci.

Tata Cara Mandi Junub

Berikut adalah penjelasan mengenai tata cara mandi junub sesuai sunnah, yang didasarkan pada hadis dari istri-istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu Aisyah dan Maimunah radhiallahu ‘anhuma

Dua Hadis sebagai Acuan Utama

Terdapat dua hadis utama yang menjadi dasar tata cara mandi junub:

Hadis Aisyah radhiallahu ‘anha:


عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ، ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِى الْمَاءِ ، فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ، ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ

Artinya: "Dari Aisyah, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya. Kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Lalu beliau memasukkan jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengguyurkan air ke seluruh badannya.” 

(HR. Bukhari no. 248 dan Muslim no. 316)

Hadis Maimunah:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَتْ مَيْمُونَةُ وَضَعْتُ لِرَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – مَاءً يَغْتَسِلُ بِهِ ، فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ ، فَغَسَلَهُمَا مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ ، فَغَسَلَ مَذَاكِيرَهُ ، ثُمَّ دَلَكَ يَدَهُ بِالأَرْضِ ، ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ ثُمَّ غَسَلَ رَأْسَهُ ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ عَلَى جَسَدِهِ ، ثُمَّ تَنَحَّى مِنْ مَقَامِهِ فَغَسَلَ قَدَمَيْهِ

Artinya: "Dari Ibnu Abbas, bahwa Maimunah mengatakan, “Aku pernah menyediakan air mandi untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau menuangkan air pada kedua tangannya dan mencuci keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali. Kemudian beliau menuangkan air dengan tangan kanannya ke tangan kirinya, kemudian beliau mencuci kemaluannya. Setelah itu beliau menggosokkan tangannya ke tanah. Kemudian beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh muka dan kedua tangannya. Kemudian beliau membasuh kepalanya tiga kali dan mengguyur seluruh badannya. Selanjutnya, beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci kedua kakinya (di tempat yang berbeda).” (HR. Bukhari no. 265 dan Muslim no. 317)

Urutan Tata Cara Mandi Junub

Berikut adalah langkah-langkah pelaksanaan mandi junub berdasarkan hadis-hadis di atas:

  1. Mencuci kedua tangan terlebih dahulu.
  2. Membersihkan kemaluan dengan tangan kiri, bisa juga menggunakan gayung.
  3. Membersihkan tangan kiri dengan menggosokkannya ke tanah atau menggunakan sabun.
  4. Berkumur dan memasukkan air ke hidung, dilanjutkan dengan wudhu (namun tanpa mencuci kaki).
  5. Editor: Komaruddin Bagja

Read Entire Article
Kabar Jateng | InewS | | |