Doa Setelah Sholat Tarawih Sesuai Sunnah Lengkap

6 hours ago 1

JAKARTA, iNews.id -  Doa setelah sholat tarawih sesuai sunnah lengkap menjadi salah satu hal yang sering dicari umat Muslim, terutama saat bulan Ramadan tiba. Sebagai bulan penuh berkah, Ramadan menjadi momen istimewa untuk memperbanyak ibadah, termasuk sholat Tarawih yang dilakukan setelah sholat Isya. 

Selain melaksanakan sholat dengan khusyuk, banyak orang juga ingin menyempurnakan ibadahnya dengan doa-doa tertentu.

 Panduan Lengkap untuk Ibadah Ramadan

Baca Juga

Urutan Surat Tarawih 8 Rakaat: Panduan Lengkap untuk Ibadah Ramadan

Namun, sebelum mengamalkannya, penting untuk memahami lebih jauh mengenai tuntunan yang benar sesuai ajaran Islam agar setiap ibadah yang dilakukan bernilai pahala dan sesuai sunnah.

Berikut penjelasan doa setelah sholat tarawih sesuai sunnah lengkap yang dilansir iNews.id dari laman Muhammadiyah, Rabu (5/3/2025)

Keunikan Tarawih di Masjid Raya Qurra Wal Hufazh Madina, Khatamkan 1 Juz Alquran Semalam

Baca Juga

Keunikan Tarawih di Masjid Raya Qurra Wal Hufazh Madina, Khatamkan 1 Juz Alquran Semalam

Doa setelah Sholat Tarawih Sesuai Sunnah Lengkap

Sholat Tarawih merupakan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan selama bulan Ramadan. Namun, tidak ada hadis shahih yang menyatakan adanya doa khusus setelah sholat Tarawih. 

Doa Setelah Sholat Witir

Sebagai gantinya, terdapat doa yang dianjurkan setelah sholat Witir. Doa ini memiliki dasar dari hadis yang sahih dan merupakan bagian dari tradisi ibadah umat Islam. 

 Raih Berkah Ramadan dengan Khusyuk!

Baca Juga

Niat Sholat Tarawih 11 Rakaat Sendiri di Rumah Lengkap Tata Cara: Raih Berkah Ramadan dengan Khusyuk!

Berikut adalah bacaan doa setelah sholat Witir:


Namun, ada bacaan yang dianjurkan setelah sholat Witir. Berikut dua doa yang bisa diamalkan:
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
"Subhaanal malikil qudduus" (dibaca 3x) [artinya: Maha Suci Engkau yang Maha Merajai lagi Maha Suci dari berbagai kekurangan] (HR. An Nasai dan Ahmad, shahih)

Fadhilah Sholat Tarawih Malam ke-4, Mendapatkan Pahala Seperti Membaca Al-Qur'an

Baca Juga

Fadhilah Sholat Tarawih Malam ke-4, Mendapatkan Pahala Seperti Membaca Al-Qur'an

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

"Allahumma inni a’udzu bika bi ridhaoka min sakhotik wa bi mu’afaatika min ‘uqubatik, wa a’udzu bika minka laa uh-shi tsanaa-an ‘alaik, anta kamaa atsnaita ‘ala nafsik" (dibaca 1x) 
[artinya: Ya Allah, aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemarahan-Mu, dan dengan keselamatan-Mu dari hukuman-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjukan kepada diri-Mu sendiri]. (HR. Kitab Sunan yang Empat, shahih)

Doa di atas sebaiknya tidak dibaca secara berjamaah. Cukup diajarkan sekali kepada masing-masing jamaah, kemudian biarkan mereka mengamalkannya sendiri-sendiri.

Tafsir Doa Setelah Witir

Mari kita bahas tafsir dari doa kedua yang diriwayatkan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu. Dalam doa ini terdapat beberapa ungkapan yang indah dan menarik untuk kita telaah lebih dalam maknanya.

Pada bagian awal, kita membaca:

اللَّهُمَّ إِني أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ ، وَبِـمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَـتِكَ

"Allahumma inni a'udzu bi ridhoka min sakhotika, wa bi mu'afatika min 'uqubatika"

“Ya Allah, aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu, aku berlindung dengan maaf-Mu dari hukuman-Mu..”

Dalam doa ini, kita melakukan tawassul, yang merupakan salah satu bentuk tawassul yang disyariatkan. Tawassul ini dilakukan dengan menyebutkan sifat-sifat Allah sebagai pengantar untuk doa yang kita panjatkan.

Pertama, ketika kita membaca,

اللَّهُمَّ إِني أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ

"Allahumma inni a'udzu bi ridhoka min sakhotika"

“Ya Allah, aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu”

Di sini, kita bertawassul dengan ridha Allah agar Dia melindungi kita dari murka-Nya. Ridha adalah kebalikan dari murka, sehingga kita berlindung dari sesuatu dengan menyebutkan lawannya. Kita menjadikan ridha sebagai wasilah untuk terhindar dari murka.

Kedua, kita melanjutkan dengan membaca,
وَبِـمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَـتِكَ

"Wa bi mu'afatika min 'uqubatika"
“aku berlindung dengan maaf-Mu dari hukuman-Mu…”

Dalam kalimat ini terdapat kata Mu’afah [مُعَافَات], yang berasal dari ‘aafa – yu’aafi [عَافَى – يُعَافِي] yang berarti menjaga dan menyelamatkan dari segala bahaya. Ketika Allah memberikan ‘Afiyah kepada kita, itu berarti Dia menjaga dan menyelamatkan kita dari berbagai bencana, baik dalam urusan agama maupun dunia.
Bencana dalam konteks agama bisa berarti kesesatan, yang dapat menyebabkan kerugian di akhirat.

Lawan dari Mu’afah adalah Uqubah (hukuman), yang diberikan oleh Allah karena hamba melakukan dosa.

Dengan kalimat ini, kita berlindung kepada Mu’afah Allah agar terhindar dari hukuman-Nya. Ini berarti kita meminta perlindungan dari dampak buruk dosa hingga Allah memaafkan kita. Ada dua cara agar seorang hamba mendapatkan ampunan Allah:
Allah mengampuni secara langsung, tanpa menghitung dosanya.

Allah memberikan hidayah untuk bertaubat atau beramal, sehingga kita bisa mencari sebab ampunan dosa.
Bertawassul dengan ridha Allah untuk menghindari murka-Nya dan bertawassul dengan Mu’afah-Nya untuk terhindar dari hukuman-Nya adalah bentuk permohonan perlindungan terhadap sesuatu dengan menyebutkan lawannya. Seperti halnya mengobati penyakit dengan obat yang berlawanan; antibiotik untuk infeksi bakteri, antihistamin untuk alergi, dan antiinflamasi untuk radang.

Ketiga, kita membaca,


وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ


"Wa a'udzu bika minka"

Kalimat ini jika diterjemahkan secara harfiah berarti “Aku berlindung kepada-Mu dari-Mu.”

Namun, kita bisa menambahkan kata-kata yang diprediksikan di sini menjadi:
“aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu.”

Allah adalah Dzat Yang Maha Agung, Maha Perkasa, dan Maha Kuasa. Apa yang bisa kita bayangkan ketika Allah murka kepada salah satu makhluk-Nya? Kepada siapa dia bisa berlindung? Tidak ada makhluk yang mampu memberikan perlindungan! Hanya kepada Allah lah kita berlindung dari murka-Nya.

Kalimat ini benar-benar mencerminkan puncak kepasrahan kita di hadapan Allah.
Bayangkan saat kita berada di hadapan-Nya; tidak ada yang bisa diandalkan ketika menghadap Allah. Hanya kepada-Nya lah tempat bersimpuh dan memohon perlindungan sebagai Dzat Yang Maha Pemurah. Innahuu arhamur rahimiin.

Editor: Komaruddin Bagja

Read Entire Article
Kabar Jateng | InewS | | |