BEIRUT, iNews.id - Kelompok Hizbullah Lebanon, Minggu (25/11/2024), untuk pertama kali menyerang pangkalan militer Israel di Ashdod. Selain itu serangan sepanjang Minggu kemarin juga menargetkan markas militer di Tel Aviv.
Operasi tersebut digelar menyasar target-target militer menggunakan rudal canggih dan drone kamikaze.
Baca Juga
Pemimpin Hizbullah Naim Qassem Ancam Bombardir Tel Aviv: Israel Tak Akan Menang!
Army Radio Israel melaporkan, Hizbullah menembakkan 340 rudal dari Lebanon ke beberapa lokasi. Serangan tersebut melukai sedikitnya 11 orang, termasuk seorang pria yang menderita luka serius.
Sementara itu militer Israel melaporkan, sirene peringatan serangan udara berbunyi di wilayah tengah dan utara, termasuk pinggiran Kota Tel Aviv. Sejumlah proyektil yang diarahkan ke Israel utara, pangkalan-pangkalan di dekat perbatasan, bisa dicegat.
Baca Juga
Hizbullah Bombardir Markas Kementerian Perang Israel, Serangan Tak Terdeteksi?
Serangan itu terjadi sehari setelah Israel menyerang Kota Beirut, menewaskan sedikitnya 29 orang. Selain itu 66 orang lainnya luka.
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengutuk serangan terhadap permukiman itu sebagai upaya untuk menggagalkan gencatan senjata yang diprakrasai Amerika Serikat.
Baca Juga
Pertama Kali, Markas Kementerian Perang Israel Dibom Drone dan Rudal Hizbullah
"(Mengandung) Pesan langsung dan berdarah untuk menolak semua upaya dan kontak yang sedang berlangsung (untuk mengakhiri perang. (Israel) sekali lagi menulis dengan darah warga Lebanon penolakan yang kurang ajar terhadap solusi yang sedang dibahas," kata Mikati, dalam pernyataan yang dikeluarkan kantor presiden, seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (25/11/2024).
Joseph Borrell, kepala urusan luar negeri Uni Eropa, menyerukan tekanan lebih keras kepada Israel dan Hizbullah untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan itu sedang menunggu persetujuan akhir dari pemerintah Israel.
"Kita hanya melihat satu kemungkinan jalan ke depan, gencatan senjata segera dan implementasi penuh Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701," kata Borrell.
Borrell mengatakan, UE menyiapkan 200 juta euro untuk membantu militer Lebanon serta akan mengerahkan pasukan tambahan ke di wilayah selatan atau perbatasan dengan Israel.