JAKARTA, iNews.id - Mantan CEO aliansi Renault-Nissan, Carlos Ghosn angkat bicara soal rencana merger Honda dan Nissan yang saat ini menjadi isu besar panas di industri otomotif dunia. Langkah ini dilakukan untuk menjaga harga diri Jepang apabila kehilangan salah satu brand terbesar.
Dilansir dari Carscoops, Ghosn mengatakan peran Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang (METI) sangat aktif dalam hal ini. Menurutnya, Honda tidak terlalu antusias dengan kolaborasi ini karena akan memakan biaya besar.
Baca Juga
5 Motor Mirip Harley, Nomor 2 Bikin Kaget Harganya Cuma Rp35 Jutaan
"Ini merupakan langkah yang mendesak. Ini bukan sebuah kesepakatan pragmatis karena sinergi antara kedua perusahaan sulit ditemukan," kata Ghosn.
Menurut Ghosn, kesepakatan sebenarnya sangat sulit dicapai karena kedua merek memiliki model yang sama dengan bermain di segmen yang sama. Ini membuat harus ada salah satu pihak yang menurunkan egonya agar kesepakatan terjalin.
Baca Juga
Ada Usulan Mobil LCGC Dibikin Hybrid, Toyota Ungkap Sulit Dilakukan
"Tidak ada komplementer yang signifikan antara mereka. Mereka berada di pasar yang sama dengan produk yang hampir identik, dan merek mereka pun sangat mirip," ujarnya
Kolaborasi ini merupakan langkah putus asa dari Nissan yang terus mengalami penurunan penjualan. Apabila berlanjut, maka perusahaan akan terus mengalami beban finansial sehingga pada akhirnya harus tutup.
Baca Juga