Indahnya Akulturasi Budaya di Pecinan Glodok, Mozaik hingga Kuliner Jadi Saksi

1 month ago 11

JAKARTA, iNews.id - Kawasanan Pecinan Glodok di Jakarta Barat menjadi bukti nyata keberhasilan akulturasi budaya di Indonesia. Arsitektur bangunan hingga kuliner menjadi saksi bisu bagaimana peradaban akulturasi tumbuh di sana dan bertahan hingga sekarang. 

Salah satu bukti akulturasi budaya di kawasan Glodok dapat dilihat pada Gedung Candra Naya. Bangunan yang didirikan oleh keluarga Mayor Khouw Kim An pada 1945 ini tidak hanya menampilkan arsitektur Tionghoa klasik, tetapi juga menjadi simbol solidaritas antar-etnis ketika menjadi tempat penampungan korban kerusuhan di Tangerang.

Perayaan Cap Go Meh, Gen Z Semangat Ibadah di Wihara Dharma Bakti Glodok

Baca Juga

Perayaan Cap Go Meh, Gen Z Semangat Ibadah di Wihara Dharma Bakti Glodok

 Istimewa)Air Mandur di Gedung Candra Naya kawasan Glodok, Jakarta Barat. (Foto: Istimewa)

"Gedung ini memiliki nilai historis yang luar biasa. Ornamen-ornamennya menunjukkan perpaduan unsur Tionghoa dengan sentuhan lokal," jelas Andre, pemandu tur yang menjelaskan detail sejarah bangunan saat mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana (UMB) berkunjung dalam rangka mata kuliah Komunikasi Antar Budaya.

Lalu, ada Vihara Dharma Jaya Toa Se Bio, klenteng tertua kedua di Jakarta, yang menyimpan kisah unik tentang harmonisasi antarbudaya. Terdapat hal menarik di area klenteng ini, yaitu adanya petilasan Raden Surya Kencana, tokoh pendiri Kota Cianjur. 

Ratusan Warga Datangi Petak Sembilan Glodok Rayakan Cap Go Meh

Baca Juga

Ratusan Warga Datangi Petak Sembilan Glodok Rayakan Cap Go Meh

 Istimewa)Surat lilin yang ada di Vihara Dharma Jaya Toa Se Bio, Glodok, Jakarta Barat. (Foto: Istimewa)

"Ini adalah bukti nyata toleransi yang sudah mengakar sejak dulu. Bagaimana sebuah klenteng Tionghoa bisa menghormati tokoh Islam dengan memberikan ruang untuk petilasannya," ujar Andre.

Kuliner sebagai Jembatan Budaya

Pantjoran Tea House menjadi representasi bagaimana kuliner dapat menjadi medium penyatuan budaya. Delapan teko yang tersusun rapi di depan bangunan bukan sekadar hiasan, melainkan simbol penghormatan kepada kapiten Tionghoa yang pernah berperan penting di kawasan tersebut.

Jual Pernak-pernik Imlek, Kawasan Glodok Didominasi Warna Merah

Baca Juga

Jual Pernak-pernik Imlek, Kawasan Glodok Didominasi Warna Merah

 Istimewa)Gapura Hwang Tan Keng, salah satu bangunan ikonik di Glodok, Jakarta Barat. (Foto: Istimewa)

"Dari Apotek Chung Hwa yang berdiri sejak 1928 hingga menjadi Pantjoran Tea House, tempat ini telah bertransformasi menjadi ruang interaksi berbagai budaya melalui hidangan yang disajikan," tambah Andre.

Sandiaga Uno, mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pernah menyampaikan bahwa nilai storynomics tourism yang dimiliki kawasan ini  begitu besar. Artinya, Glodok adalah contoh sempurna bagaimana berbagai budaya seperti Tionghoa, Sunda, Betawi, dan Jawa, dapat berbaur menciptakan harmoni yang unik dan bernilai tinggi. 

6 Makanan Lezat yang Ada di Glodok Paling Banyak Dicari saat Perayaan Imlek

Baca Juga

6 Makanan Lezat yang Ada di Glodok Paling Banyak Dicari saat Perayaan Imlek

Read Entire Article
Kabar Jateng | InewS | | |