GAZA, iNews.id - Pasukan Israel memerintahkan evakuasi atau pengusiran seluruh pasien di Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara. Mereka dipindahkan ke beberapa rumah sakit lain, sebagian harus berjalan kaki.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyatakan pasien-pasien tersebut tiba di rumah sakit lain yang berjarak beberapa kilometer.
Baca Juga
MER-C Kecam Serangan Artileri Israel ke RS Indonesia dan Wisma Joserizal
Rumah Sakit Indonesia merupakan salah satu dari sedikit fasilitas medis di Jalur Gaza bagian utara yang masih berfungsi.
Munir Al Bursh, direktur Kementerian Kesehatan di Gaza, mengatakan tentara Israel memerintahkan pejabat Rumah Sakit Indonesia untuk mengevakuasi semua orang dari bangunan itu pada Senin (23/12/2024). Kemudian pada Selasa (24/12/2024) dini hari pasukan Zionis menyerang guna memaksa mereka yang masih bertahan di dalam kompleks rumah sakit untuk pergi.
Baca Juga
Penampakan RS Indonesia di Gaza Setelah Digempur Tank Israel, 4 Genset Hancur
Militer Zionis menyatakan operasinya di sekitar tiga komunitas Gaza utara yang mengelilingi rumah sakit, Beit Lahiya, Beit Hanoun, dan Jabalia, menargetkan pejuang Hamas.
Mereka menyebut Rumah Sakit Indonesia telah digunakan oleh para pejuang Hamas untuk melancarkan serangan terhadap pasukan Israel. Tuduhan itu sejak awal perang pada 2023 telah dibantah oleh RS Indonesia. Alasan itu hanya dibuat-buat sebagai pembenaran atas praktik genosida yang sedang berlangsung.
Baca Juga
RS Indonesia di Gaza Diserang dan Dibakar Pasukan Israel, Kemlu RI Kutuk Keras
Sementara itu Palestina menuduh pengusiran itu sebagai upaya Israel untuk mengosongkan Gaza utara guna dijadikan zona penyangga.
Al Bursh menambahkan, dua fasilitas medis lainnya di Gaza utara, yakni Rumah Sakit Al Awda dan Kamal Adwan, juga terus menjadi target serangan pasukan Israel.
Pasukan Israel telah beroperasi di sekitar Rumah Sakit Kamal Adwan sejak Senin lalu.
Para pejabat di tiga rumah sakit, termasuk RS Indonesia, menolak perintah Israel untuk mengevakuasi fasilitas mereka atau meninggalkan pasien tanpa pengawasan sejak serangan militer terbaru dimulai pada 5 Oktober 2024.