JAKARTA, iNews.id - Profil Hussein Al Sheikh tengah menjadi sorotan global setelah ia ditunjuk sebagai Wakil Presiden Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Dengan jabatan barunya ini, Hussein disebut-sebut sebagai calon terkuat pengganti Mahmoud Abbas, Presiden Palestina saat ini yang telah berusia 89 tahun.
Penunjukannya resmi dilakukan pada Sabtu, 26 April 2025, dalam rapat ke-32 Dewan Pusat Palestina di Ramallah, Tepi Barat. Jabatan tersebut menempatkannya satu langkah lebih dekat ke puncak kekuasaan Palestina.

Baca Juga
Siapa Yunice Abbas? Kakek Perampok yang Menodong Senjata dan Merampok Kim Kardashian tapi Tak Tahu Siapa Korbannya
Latar Belakang dan Kehidupan Pribadi Hussein Al Sheikh
Hussein Al Sheikh lahir pada tahun 1960 di Ramallah, Tepi Barat, dari keluarga Palestina yang menjadi korban langsung dari peristiwa Nakba 1948. Ayah dan ibunya terusir dari kampung halaman akibat pendirian negara Israel, sebuah trauma yang membentuk semangat perjuangannya sejak kecil.
Sejak usia muda, Hussein telah terlibat dalam pergerakan politik dengan bergabung ke dalam faksi Fatah. Pada usia 18 tahun, ia ditangkap dan dipenjara oleh Israel selama 10 tahun (1978–1988).

Baca Juga
Aktris Hollywood Angelina Jolie Dukung Palestina, Posting Penderitaan Warga Gaza di Instagram
Di balik jeruji, Hussein mempelajari bahasa Ibrani, yang kelak membantunya berperan sebagai negosiator dalam hubungan sensitif dengan Israel.
Kini, Hussein Al Sheikh adalah ayah dari enam anak, empat putri dan dua putra, dan dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam struktur politik Palestina.

Baca Juga
Bela Palestina, Korut: Israel Terang-terangan Ingin Rebut Gaza!
Perjalanan Karier Politik Hussein Al Sheikh
Karier politik Hussein Al Sheikh dimulai sejak lama, tetapi mulai menonjol ketika ia ditunjuk sebagai Kepala Otoritas Umum Urusan Sipil pada 2007. Dalam peran ini, ia menjalin koordinasi langsung dengan otoritas Israel terkait urusan sipil di Tepi Barat.
Pada tahun 2022, Hussein semakin menguatkan posisinya dengan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif PLO dan Kepala Departemen Negosiasi.

Baca Juga
Berapi-api, Presiden Prabowo Ingin Perjuangkan Palestina: Banyak Negara Diam
Jabatan ini menandakan kedekatannya dengan Presiden Mahmoud Abbas dan memperluas pengaruhnya secara diplomatik maupun struktural.
Abbas bahkan memercayakannya sebagai kepala komite yang mengawasi seluruh misi diplomatik Palestina di luar negeri, suatu jabatan strategis yang mempertegas bahwa Hussein adalah pewaris politik Abbas.
Reaksi dan Kontroversi atas Penunjukan Hussein
Meski karier Hussein terus meroket, penunjukannya sebagai Wakil Presiden PLO tidak diterima dengan antusias oleh semua pihak. Kelompok Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, merespons sinis dan menyuarakan ketidakpercayaan mereka.
Pejabat senior Hamas, Bassem Naim, menyatakan bahwa rakyat Palestina tidak bisa dipaksa menerima pemimpin yang memiliki sejarah kelam dalam berhubungan dengan Israel. Mereka juga menuduh bahwa masa depan Palestina di bawah Hussein tidak akan jauh berbeda dan tetap berada dalam bayang-bayang penjajahan.
“Legitimasi hanya dipegang oleh rakyat Palestina. Perwalian atas rakyat sudah lama hilang,” kata Bassem.
Potensi Suksesi di Tengah Ketidakpastian Politik
Jika Presiden Abbas meninggal dunia atau mundur dari jabatannya, Hussein Al Sheikh sebagai Wakil Presiden PLO diproyeksikan akan mengisi kekosongan tersebut, termasuk kemungkinan menjadi penjabat Presiden Otoritas Palestina. Namun, ada kekhawatiran bahwa Israel akan mengeksploitasi situasi transisi ini dan membiarkan kekuasaan politik Palestina dalam kondisi vakum.
Profil Hussein Al Sheikh menunjukkan bahwa ia adalah figur penting dalam politik Palestina saat ini. Dengan pengalaman panjang, kedekatan dengan Mahmoud Abbas, dan jabatan strategis di PLO, Hussein memiliki peluang besar menjadi pemimpin Palestina berikutnya. Namun, jalan menuju kepemimpinan penuh tantangan, baik dari pihak internal seperti Hamas maupun dinamika geopolitik yang kompleks.
Editor: Anton Suhartono