WASHINGTON, iNews.id - Menteri Pertahanan (Menhan) AS Pete Hegseth bulan lalu membuat heboh karena membagikan informasi sangat rahasia di grup obrolan Signal mengenai rencana operasi militer terhadap Yaman. Grup tersebut secara tak sengaja memasukkan seorang jurnalis, yakni Pemimpin Redaksi Majalah The Atlantic, Jeffrey Goldberg, sehingga dia mengetahui secara rinci dari mulai sebelum hingga setelah serangan.
Fakta terbaru mengungkap, setelah kejadian heboh itu, Hegseth tidak kapok. Dia juga membagikan informasi serangan tersebut kepada anggota keluarga, yakni istri dan kakaknya, di platform yang sama.

Baca Juga
ATM Emas Ini Viral, Perhiasan Dilebur dan Menghasilkan Uang dalam 30 Menit
Dalam obrolan kedua, Hegseth menjelaskan secara rinci serangan terhadap Yaman. Isi pesan mirip dengan yang disampaikannya di grup Signal terdiri atas para pejabat tinggi AS sebelumnya.
Pengungkapan obrolan tersebut menimbulkan pertanyaan lebih lanjut mengenai sistem komunikasi sangat rahasia Pentagon.

Baca Juga
Lagi, Majalah The Atlantic Bongkar Rencana AS Serang Yaman termasuk Pesawat yang Digunakan
Sorang sumber yang mengetahui perkembangan masalah ini mengatakan kepada Reuters, dikutip Selasa (22/4/2025), pesan obrolan kedua tersebut diberikan kepada belasan orang.
Obrolan tersebut mencakup penjelasan rincian mengenai jadwal serangan udara AS ke Yaman.

Baca Juga
Geger! Jurnalis Ini Tak Sengaja Dimasukkan Grup Obrolan Para Menteri AS Bahas Serangan ke Yaman
Bukan hanya itu, Hegseth mengajak istrinya, Jennifer, saat pertemuan dengan pejabat militer dari Inggris membahas isu sensitif. Dalam pertemuan pada Maret yang berlangsung di Pentagon itu, Jennifer duduk di belakangnya.
Jennifer merupakan mantan produser di stasiun televisi berita Fox News sementara kakak Hegseth menjadi penghubung Departemen Keamanan Dalam Negeri dengan Pentagon.
Isu ini muncul di tengah sorotan tajam publik terhadap Pentagon yakni terkait kebocoran informasi rahasia ke publik. Akibatnya banyak pejabat Pentagon yang mengundurkan diri, termasuk kepala staf.
Juru Bicara Pentagon Sean Parnell menuduh media massa berperan di balik kebocoran itu. Dia mengatakan para jurnalis memburu para mantan staf Pentagon yang mau buka suara mengenai informasi rahasia.
"Media yang membenci Trump terobsesi untuk menghancurkan siapa pun yang berkomitmen pada agenda Presiden Trump," kata Parnell, di media sosial X.