JAKARTA, iNews.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan, saat ini periode peralihan dari musim hujan menuju musim kemarau di Indonesia semakin menunjukkan karakteristik yang khas.
Fase ini ditandai dengan peningkatan frekuensi kondisi cuaca cerah, suhu udara yang relatif tinggi di beberapa daerah, serta kelembaban udara umumnya lebih kering dengan kisaran antara 63 persen hingga 77 persen.

Baca Juga
Mantan Pejabat CIA: AS Sengaja Biarkan Ukraina Berdarah-darah
Meskipun cuaca cerah mulai mendominasi, BMKG menyebut ketidakstabilan atmosfer selama periode transisi ini masih memungkinkan terjadinya pembentukan awan konvektif yang berpotensi memicu hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.
BMKG pun mencatat berdasarkan analisis hujan pada dasarian I Mei 2025, potensi hujan dengan kategori tinggi masih terdeteksi di beberapa wilayah, yakni sebagian Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, sebagian kecil Sulawesi Selatan, dan sebagian kecil Papua. Secara umum, kondisi atmosfer di sebagian besar wilayah Indonesia menunjukkan potensi cuaca cerah hingga berawan.

Baca Juga
BMKG Prediksi Musim Kemarau 2025 Lebih Singkat
“Meskipun demikian, dinamika atmosfer saat ini masih mendukung proses konvektif yang memicu pembentukan awan hujan di sejumlah wilayah. Berdasarkan hasil pemantauan selama tiga hari terakhir, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih terjadi di berbagai daerah,” tulis BMKG dalam keterangan resminya, Selasa (6/5/2025).
BMKG melaporkan dari hasil pengamatan selama tiga hari terakhir menunjukkan bahwa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih terjadi di berbagai daerah. Beberapa wilayah yang tercatat mengalami curah hujan lebat antara lain, Riau sebesar 105 mm/hari, Surabaya sebesar 99 mm/hari, dan Sorong, Papua Barat sebesar 87,1 mm/hari.

Baca Juga
Fenomena Aneh di Musim Kemarau, Air dari Dalam Tanah Tiba-Tiba Muncul Dekat Rumah Warga
Sementara itu, hujan berintensitas sedang juga teramati di sejumlah wilayah lainnya, meliputi sebagian besar kawasan di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, dan Papua.
“Dengan mempertimbangkan variabilitas kondisi cuaca, masyarakat diimbau untuk melakukan langkah antisipatif melalui upaya pemeliharaan kesehatan, menjaga kecukupan cairan tubuh, serta membatasi aktivitas di bawah paparan langsung sinar matahari, terutama pada periode siang hari,” kata BMKG.