Semarang, infojateng.id – Bertepatan dengan peringatan Hari Kartini pada 21 April 2025, Sekolah Dasar Negeri Gajahmungkur 03 Kota Semarang melakukan Deklarasi Sekolah Cinta Budaya, Senin (21/4/2025). Kepala SDN Gajahmungkur 03 Kota Semarang Dian Marta Wijayanti, mengatakan bahwa Deklarasi Sekolah Cinta Budaya di SDN Gajahmungkur 03 terinspirasi dari surat RA Kartini kepada Stella Zihandelaar tanggal 6 November 1899.
Dijelaskan Dian, bahwa Stella merupakan sahabat pena Kartini berkebangsaan Belanda. Dalam tulisannya, Kartini menyampaikan “Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya. Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?” Sepenggal kalimat itu telah menjadi pemantik hebat bagi kita yang saat ini menjalankan profesi sebagai guru. “Diajar membaca ,,,, tapi tidak diajar makna yang dibaca”.
“Ini sama halnya ketika kita hanya meminta murid menghafal suatu materi tanpa tahu ruh dari pelajaran yang dihafalkan. Seperti ketika seorang guru yang meminta murid untuk mencintai budayanya “Ayo anak-anak kita cintai budaya kita”. Tapi kalimat ajakan tersebut tidak diimbangi dengan deklarasi nyata wujud dari cinta budaya itu yang seperti apa. Maka anak-anak hanya mengenal cinta budaya sebagai sebuah hafalan, bukan tindakan,” lanjutnya.
Sebagai seorang guru, katanya, pasti kita sering menjumpai atau memberikan pertanyaan kepada murid-murid “Anak-anak, bagaimana cara kita menjaga budaya NKRI?” Kemudian murid kita pun menjawab dengan tertulis maupun lisan “Melestarikannya Bu ….”
“Kata melestarikan di sini masih sangat abstrak untuk dipahami murid, apalagi di jenjang TK dan SD. Sesungguhnya anak-anak membutuhkan praktik nyata meskipun itu sederhana namun konsisten dan bermakna. Seperti yang diharapkan Kartini pada tahun 1899 bahwa yang ia butuhkan adalah makna yang dibaca,” tegas Juara I Kepala SD Berprestasi Kota Semarang tahun 2023 tersebut.
Pihaknya juga mengatakan, bahwa makna dari melestarikan budaya di sekolah dapat dimulai dengan sebuah deklarasi dan implementasi yang dilaksanakan setiap hari. Maka wujud melestarikan budaya itu akan menjadi nyata tidak hanya sekadar frasa abstrak yang dihafalkan oleh murid.
Deklarasi Sekolah Cinta Budaya SDN Gajahmungkur 03 dilaksanakan bertepatan dengan peringatan Hari Kartini 21 April 2025. Deklarasi ini diawali dengan pembacaan isi deklarasi secara bersama-sama di tengah upacara peringatan Hari Kartini. Setelah itu Kepala Sekolah memberikan secara simbolis naskah deklarasi kepada guru kelas untuk dipajang di dalam kelas masing-masing.
“Tujuan adanya pemasangan deklarasi ini adalah agar guru maupun murid sama-sama mengingat isi dari deklarasi yang telah dibacakan. Sebagai penguatan dan bentuk kesepakatan, murid memberikan tanda tangannya pada lembar MMT yang telah disediakan oleh sekolah,” kata Dian.
Murid-murid secara bergantian menandatangani lembaran yang sebelumnya masih kosong sebagai wujud persetujuan atas program yang dibentuk oleh SDN Gajahmungkur 03 tersebut.
Ada 3 deklarasi utama yang dibacakan. Pertama, menyanyikan lagu adat daerah di akhir pembelajaran. Kedua, mengenakan pakaian bermotif batik nusantara setiap hari Kamis. Ketiga, menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa mengantar komunikasi setiap hari Kamis.
Kegiatan berlanjut dengan lomba peragaan busana adat daerah untuk mengenalkan anak-anak bahwa Indonesia memiliki beraneka ragam budaya. Salah satu budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah pakaian adat dengan segala keunikannya. Setiap pakaian memiliki ciri khas yang dapat secara langsung dilihat dan dipegang oleh anak-anak.
Tidak hanya anak-anak, namun bapak ibu guru dan karyawan juga mengenakan pakaian adat. Di dalam kesempatan itu Dian Marta Wijayanti kepala sekolah SDN Gajahmungkur 03 memilih mengenakan pakaian adat Dayak dengan dominan warna hitam.
Usai kegiatan lomba peragaan busana, kegiatan berikutnya adalah lomba duet lagu daerah antar kelas. Hal ini bertujuan untuk mengajarkan anak-anak agar lebih mengenal variasi lagu daerah serta berbagai inovasi instrumen musik yang dapat mengiringi. Lomba diikuti oleh perwakilan masing-masing kelas.
Rangkaian kegiatan ini diinspirasi oleh sepenggal kalimat RA Kartini. Dari Kartini kita belajar menjadi murid dan guru abadi. (Redaksi)