JAKARTA, iNews.id - Contoh naskah drama singkat berikut ini bisa jadi inspirasi bagi kamu yang ingin memgembangkan bakat dan potensi diri dalam menulis. Menurut Purwati (2020), dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Berbasis Potensi Lokal, menulis naskah drama merupakan kegiatan menuangkan ide, gagasan, dan pendapat dalam bahasa tulis dan disampaikan dalam bentuk naskah drama.
Adapun drama memiliki dua unsur, yakni intrinsik dan ekstrinsik. Unsur instrinsik merupakan unsur yang berada dalam sebuah drama, sedangkan unsur ekstrinsik berada di luar drama.

Baca Juga
Helikopter Wisata Jatuh ke Sungai Hudson New York, 6 Orang Tewas
Melansir berbagai sumber, Jumat (11/4/2025), berikut contoh naskah drama singkat yang bisa dipelajari.
Contoh Naskah Drama Singkat
1. Contoh Naskah Drama tentang Drama Romantis
Di taman sekolah ketika jam istirahat sekolah Sikah dan Kasih sedang duduk berjauhan.

Baca Juga
3 Contoh Teks MC Halal Bihalal Sekolah 2025, Singkat dan Mudah Dihafalkan
Sikah: “Kasih, jangan terlalu lama duduk di kursi itu, pindah sini dekat Sikah aja…”
Kasih: “loh, kenapa Kak?”

Baca Juga
15 Contoh Soal Teks Negosiasi Essay, Bisa Jadi Referensi Belajar
Sikah: “takut dikerubutin semut, soalnya Kasih manis sih…”
Sikah: “Kasih itu seperti sendok…”

Baca Juga
Contoh Teks Esai Beserta Strukturnya, Lengkap dan Bisa Dipelajari
Kasih: “Kenapa…?”
Sikah: “Karena Kasih terus mengaduk-aduk perasaan Sikah..”
Sikah: “Maaf ya Kasih, belakangan ini tangan Sikah agak kasar…”
Kasih: “Ahh, gpp kookk, emangnya kenapa?”
Sikah: “Soalnya tiap pulang sekolah Sikah jadi kuli…”
Kasih: “Yang bener Kak, dimana…?”
Sikah: “Di hati kamu say, Sikah sedang membangun istana cinta kita berdua…”
Sikah: “Kenapa kita cuma bisa ngeliat pelangi setengah doang…?”
Kasih: “Ga tau, emang kenapa Kak..?”
Sikah: “Soalnya setengahnya lagi ada di mata Kasih…!”
Sikah: “Eh Sikah boleh pinjem flashdisknya Kasih…?”
Kasih: “Boleh, mau buat apa sih Kak…?”
Sikah: “Buat transfer hatiku ke hatimu…”
Kemudian, bel masuk waktu istirahat sekolah sudah habis.
Kasih: “Lho Kak.. mau kemana?
Sikah: “udahan ya, bel udah bunyi masuk dulu”
Kasih: “Baik Kak, by…”
Setelah bel pulang sekolah, Kasih dan Sikah makan burger dan kentang goreng mayonaise di Smakensa Burger di kantin sekolah.
Sikah: “Sih, dari tadi aku ngerasa lapar, makan dulu di kantin sekolah Yuk!”
Kasih: “Iya kak, Kasih juga lapar, ya udah yok mampir.”
2. Contoh Naskah Drama 4 Orang tentang Kesombongan
Lila, Rifki, dan Theo merupakan tiga sahabat yang sudah saling mengenal satu sama lain sejak mereka kecil. Saat masuk ke SMA, mereka bertemu dengan Lula, yang secara perlahan menjadi bagian dari pertemanan mereka.
Suatu hari di jam istirahat sekolah,
Lula: “Nanti kalian datang ke acaranya Reza akhir minggu ini?”
Rifki: “Pastinya. Reza sendiri yang memberikan undangannya, merasa tidak enak kalau harus menolak.”
Lila: “Lagipula tidak ada salahnya kita datang. Reza juga seorang teman yang baik kepada kita. Dia juga sering membantu aktif di kelas.”
Theo: “Tapi, acara dia menurutku selalu ada kurangnya. Kemarin acara syukuran kemenangan olimpiade, menu makanannya cuma begitu.”
Lula: “Kok kamu ngomongnya begitu?”
Rifki: “Iya nih. Kemarin makanannya enak kok dan porsinya banyak pula. Menunya juga lengkap.:
Lila: “Kamu kenapa, Theo? Tiba-tiba bilang begitu.”
Theo: “Kalian mau makan seperti itu lagi? Harusnya kalau kasih kita makanan yang mahal. Kalian kan juga sudah banyak bantu Reza buat menang.”
Lula: “Kemampuan setiap orang kan berbeda, Theo. Aku yakin dia kemarin sudah berusaha memberikan hidangan yang terbaik buat kita. Apa gunanya teman kalau tidak saling membantu? Kita membantu dia juga ikhlas dan tidak meminta imbalan apapun. Niat dia baik dan sudah seharusnya dihargai.”
Theo: “Dihargai, katamu? Aku bahkan bisa menyiapkan makanan yang lebih baik dan mahal dari apa yang dihidangkan dia kemarin.”
Rifki: “Aku kecewa dengan perkataanmu.”
Ketiga teman Theo merasa bingung dengan perkataan sombong yang terlontar tadi. Merasa sudah tidak lagi senang dengan perkataan Theo, mereka akhirnya memutuskan untuk pergi dari tempat tersebut.
3. Contoh Naskah Drama 6 Orang tentang Legenda Pohon
Tokoh: Rama, Sinta, Drupadi, Arjuna, Nakula, dan Sadewa.
Latar: Desa kecil dikelilingi hutan rimbun. Di sana, terdapat sebuah pohon beringin besar.
Adegan 1: Pertemuan di Desa Rama, Sinta, Arjuna, Drupadi, Nakula, dan Sadewa berkumpul di depan pohon beringin.
Rama: (menunjuk ke pohon) “Ini adalah pohon beringin yang telah tumbuh di desa kita selama berabad-abad.”
Arjuna: “Kabarnya, pohon ini menyimpan cerita rakyat yang menarik.”
Sinta: “Apakah kalian ingin mendengar ceritanya?”
Drupadi: “Tentu saja!”
Adegan 2: Cerita Rakyat “Pohon Beringin Ajaib” Sinta bercerita tentang seorang raja dan ratu yang berusaha memiliki keturunan. Mereka berdoa kepada dewa dan diberikan seorang putri cantik yang mereka namakan Dewi Beringin. Dewi Beringin tumbuh menjadi gadis yang bijaksana.
Adegan 3: Konflik Muncul Rama dan Arjuna mulai bersaing untuk mendapatkan perhatian Dewi Beringin, sementara Nakula dan Sadewa juga tertarik padanya. Drupadi mencoba menengahi konflik tersebut.
Drupadi: “Kalian harus menemukan cara untuk saling menghargai.”
Adegan 4: Pertarungan di Hutan Ketika desa mereka diserang oleh makhluk jahat, Rama, Arjuna, Nakula, Sadewa, Sinta, dan Drupadi bersatu untuk melawan. Mereka menemukan kekuatan luar biasa dalam persatuan.
Adegan 5: Pohon Beringin Menjadi Tanduk Kebahagiaan Setelah pertarungan, mereka kembali ke desa dan menemukan pohon beringin telah berubah menjadi pohon yang indah dengan daun-daun emas. Pohon tersebut menjadi simbol persatuan dan kebahagiaan.
Rama: (menyadari) “Kita semua memiliki peran penting dalam menjaga keharmonisan desa ini.”
Sinta: “Dan pohon beringin ini mengajarkan kita tentang kekuatan persatuan. Semua bersatu tangan di depan pohon beringin.”
Arjuna: “Bersama-sama, kita akan menjaga perdamaian dan kebahagiaan di desa kita. Gelap.”
4. Contoh Naskah Drama untuk Teater
Judul Drama: Titip Absen
Tema: Pendidikan
Pemeran: Zahra, Nurul, Azizah, Ibu Fatma, Danang, Fahri
Dalam mata kuliah teknologi informasi, Danang sering bolos dan tidak mengerjakan tugas. Namun, ia tidak pernah mendapatkan masalah karena selalu titip absen dan titip nama setiap diberikan tugas oleh Bu Fatma. Suatu hari, Danang berada satu kelompok dengan Zahra, Nurul, Azizah,dan Fahri.
Zahra: “Si Danang nggak masuk lagi, ya?”
Azizah: “Iya, dia selalu absen kalau pas pelajarannya Bu Fatma.”
Nurul: “Kenapa bisa begitu?”
Azizah: “Masak kamu nggak tahu, sih?”
Nurul: “Nggak tahu. Emang kenapa?”
Zahra: “Coba deh tanya sama teman dekatnya.” Zahra menunjuk Fahri.
Fahri yang sadar dengan obrolan tersebut akhirnya ikut nimbrung. “Danang pernah kepergok ngempesin ban motor, eh nggak tahunya ternyata itu ban motor punya Ibu Fatma.”
Azizah: “Wah, gila. Parah banget kalau sampai kayak gitu.”
Nurul: “Aku nggak nyangka, ternyata Danang anaknya bandel banget.”
Keesokan harinya, Bu Fatma membagikan daftar kelompok untuk presentasi. Ternyata, Danang satu kelompok dengan Azizah, Nurul, Zahra, dan Fahri.
Azizah: “Yaahh…. Kita satu kelompok dengan Danang.”
Zahra: “Dia itu nggak mau tahu kalau ada tugas begini.”
Fahri: “Gini aja deh, nanti aku coba ke kosannya. Siapa tahu dia mau berubah.”
Nurul: “Oke, semoga dia mau ambil bagian buat ngerjain tugas.”
Malam harinya, Fahri datang ke kosnya Danang. Kedatangannya yang tanpa pemberitahuan membuat Danang sedikit terkejut.
Danang: “Eh, Fahri.”
Fahri: “Gimana, Nang? Kok nggak pernah masuk pas mata kuliahnya Bu Fatma?”
Danang: “Aku malu banget, Ri. Takut disindir-sindir di depan kelas.”
Fahri: “Bu Fatma sudah maafin kamu, kok. Oh iya, ada tugas kelompok, nih. Kamu ngerjain, ya!”
Danang: “Aku masih takut buat masuk kelas, Ri.”
Fahri: “Kamu takut apa, sih? Kamu nggak masuk terus, apa nggak kasihan sama orang tua kamu? Mulai sekarang, pikirin gimana perasaan orang tua kamu kalau tahu bolos begini.”
Danang: “Oke, deh. Minggu depan aku masuk. Nanti kamu kirimkan file tugasnya lewat Whatsapp ya.”
Fahri: “Nah, gitu dong. Makasih, Nang.”
Akhirnya, Danang mau mengerjakan tugas bersama dengan teman-temannya. Bu Fatma juga sudah memaafkan kesalahan Danang. Akhirnya, tidak ada lagi mahasiswa yang titip absen di kelas.
5. Contoh Naskah Drama tentang Pendidikan
Bu Ratna: “Anak-anak buatlah kelompok sebanyak 4 orang, lalu presentasikan sejarah kemerdekaan Indonesia dari kolonialisme Belanda hingga bisa merdeka!”
Siswa: “Baik, Bu!” (Bu Ratna pun keluar dari kelas, dan siswa mulai berdiskusi tentang tugas kelompok tersebut.)
Sinta: “Lis, ayo kita masuk ke kelompok Rima! Rima kan pintar, pasti tugas kita cepat selesai.”
Lisa: “Betul juga Sin, yuk kita ke Rima!”
Sinta: “Rima, aku sama Lisa masuk kelompokmu ya.”
Rima: “Boleh Lis, Sin, kebetulan aku baru berdua sama Nita.”
Nita: “Hari minggu besok kita kerjakan tugasnya di sekolah ya. Kalian ada saran buat pembagian tugasnya?”
Lisa dan Sinta: “Terserah kalian saja, kita ikut.”
Rima: “Aku bisa mengumpulkan materi tentang perang-perang dalam memperjuangkan kemerdekaan.”
Nita: “Aku bisa mengumpulkan materi tentang perjanjian dan pertemuan dalam perjuangan kemerdekaan.”
Sinta: “Kalau gitu, biar aku sama lisa yang bikin power pointnya.”
Rima: “Yasudah kalau begitu, sampai bertemu besok ya!”
Keesokan harinya Rima dan Nita telah berada di sekolah, namun Lisa dan Sinta tidak kunjung datang. Tiba-tiba Sinta menelpon Rima.
Sinta: “Rima maaf ya aku sama lisa ga bisa ikut kerja kelompok karna kita udah ada janji pergi sama temen ke mall. Kalian kerjain aja berdua ya nanti uang printnya aku yang bayar.”
Rima: “Tapi Sin, nanti kalian nggak ngerti materinya.”
Sinta: “Nanti kan yang presentasi bisa kamu sama Nita, gausah ribet kan ini Cuma pelajaran sejarah.”
Rima: “Tapi kan Sin, loh malah dimatikan teleponnya Nit. Gimana Sih kita harus ngerjain berdua kayaknya.”
Nita: “Yaudah mau gimana lagi Rim, daripada kita dapet nilai jelek juga.”
Nita dan Rima Pun mengerjakan tugas berdua hingga selesai. Keesokan harinya dikelas presentasi di depan Bu Ratna dimulai.
Bu Ratna: “Kelompok 1, Rima, Lisa, Sinta, dan Nita silahkan maju.”
Kelompok 1: “Baik, Bu.”
Bu Ratna: “Siapa yang akan presentasi?”
Sinta: “Rima sama Nita, Bu.”
Bu Ratna: “Kalau gitu silahkan Sinta dan Lisa yang presentasi.”
Lisa: “Ko kami bu? Yang mau presentasi kan Rima sama Nita.”
Bu Ratna: “Loh bukannya sama saja, kalian kan mengerjakan sama-sama. Siapapun yang presentasi bukannya sama saja. Ayo cepat dimulai Lisa, Sinta!”
Sinta: “Jadi sejarah kemerdekaan Indonesia dimulai dengan emm… anu…”
Bu Ratna: “Kenapa Sinta? Lisa coba kamu melanjutkan presentasinya.”
Lisa: “Emmm… jadi Bu…”
Bu Ratna: “Kenapa kalian tidak paham tugas yang kelompok kalian sendiri? Rima, Nita, apa betul Sinta dan Lisa ikut mengerjakan tugas?”
Nita: “Sebenarnya tidak Bu, saya hanya mengerjakan berdua dengan Rima karena Lisa dan Sinta tidak bisa datang.”
Rima: “Betul Bu, saat kerja kelompok hari minggu Sinta dan Lisa tidak bisa hadir.”
Bu Ratna: “Kenapa kalian tidak bisa hadil Sinta, Lisa?”
Lisa: “Gimana ini Sin?”
Sinta: “Kami sakit Bu, jadi tidak bisa datang hari itu.”
Bu Ratna: “Jangan bohong kalian, saya lihat kalian di mall hari minggu. Seharusnya kalian belajar sungguh-sungguh bukannya main-main seperti ini, apalagi hanya numpang nama di tugas kelompok kalian. Minta maaflah kepada Rima dan Nita, lalu jangan ulangi lagi atau kalian tidak akan naik kelas.”
Sinta: “Maafkan saya Bu Ratna, saya tidak akan mengulanginya lagi. Aku minta maaf ya Rima, Nita, aku janji ga akan gitu lagi.”
Lisa: “Saya juga minta maaf, Bu. Rima, Nita, aku minta maaf ya sama kalian. Setelah ini aku akan belajar sungguh-sungguh, aku janji.”
6. Contoh Naskah Drama tentang Sikap Toleransi
Putu: “Eh, Ahmad, bukankah sebentar lagi bulan Ramadan. Apakah sekolah kita akan mengadakan lagi acara pesantren kilat seperti tahun sebelumnya?”
Ahmad: “Wah, saya belum berdiskusi dengan para pengurus rohis. Tapi mudah-mudahan saja ada, ya.”
Gede: “Iya, kalau ada pesantren kilat biasanya kita bisa ikut merayakan momen buka puasa meski tidak ikut berpuasa. Saat magrib berkumandang, ada banyak makanan dan minuman yang enak biasa. Seperti kolak, jus buah, es campur dan lain-lain.”
Michael: “Tapi jadinya kan kita pulang terlambat, kan?! Karena kita harus menunggu dulu anak-anak yang berpuasa untuk selesai berbuka, salat, dan kegiatan lainnya.”
Putu: “Lho, bukannya tidak diwajibkan untuk ikut, ya?! (memasang tampang bingung dan heran) Pak Guru sudah memperbolehkan kita yang bukan Islam untuk pulang lebih dulu. Pilihan kita sendiri mau ikut menemani teman-teman muslim buka puasa dan kegiatan pesantren kilat nya.”
Gede: “Apa yang diucapkan Putu tadi ada benarnya lho, Michael. Kita yang bukan Islam tidak diwajibkan untuk ikut merayakan momen buka puasa hingga pesantren kilat. Kamu bisa pulang begitu kegiatan ekstrakurikuler selesai.”
Michael: “Iya tetap saja, teman-temanku yang lain jadi ikut stay di sekolah. Aku jadi nggak ada kawan pulang. Mau tak mau kan aku juga ikut tinggal di sekolah.”
Gede: “Michael, tidak ada yang memaksa kamu untuk tinggal di sekolah. Bukan salah temen-temen muslim kita yang sedang melakukan ibadah juga. Kamu tinggal di sekolah itu murni keputusan kamu, bukan karena teman-teman muslim yang sedang menjalankan ibadah mereka.”
Putu: “Kamu harus menjaga tenggang rasa dan toleransi, Michael. Karena apa yang barusan kamu ucapkan itu pasti membuat hati Ahmad dan teman-teman muslim lainnya bersedih.”
Michael: (menyadari kesalahan) “Iya juga, ya. Maaf ya, Ahmad. Saya tidak bermaksud melukai kamu dengan ucapan saya tadi.”
Ahmad: “Tidak apa-apa Michael, santai saja.”
7. Contoh Naskah Drama tentang Kejujuran
Dalam suasana belajar mengajar di dalam kelas dan sedang dilakukan ulangan mendadak serta mengumpulkan tugas.
Guru: “Anak – anak, silakan dikumpulkan tugas karya tulis minggu kemarin.”
Kemudian satu persatu siswa naik mengumpulkan tugas karya tulis masing-masing.
Guru: “Karena ini merupakan tugas perorangan, maka penelitian akan dilakukan berdasarkan isi dari karya tulis kalian. Oke, masukkan buku kalian semua. Bapak akan mengadakan ulangan.”
Reni: “Hah, ulangan apa lagi pak? baru saja 2 hari yang lalu diadakan ulangan.”
Guru: “Rara, tolong dibagikan kertas folio ini ke semua siswa.”
Rara: “Baik pak.”
(Suasana ruang kelas berubah menjadi gaduh karena setiap siswa mengeluh tentang diadakannya ulangan mendadak ini)
Guru: “Pada ulangan kali ini, bapak ingin kalian menulis ulang pokok-pokok dan kesimpulan dari karya tulis yang kalian buat.”
Kemudian siswa hening dan sibuk mengerjakan ulangan. Sedangkan pak guru sibuk memeriksa tugas karya tulis yang tadi dikumpulkan. pak guru menemukan keanehan pada tugas karya tulis milik Rara dimana isinya sama persis dengan karya tulis milik Rina. Setelah 20 menit berlalu, kemudian kertas ulangan dikumpulkan.
Guru: “Baiklah yang lain bisa istirahat. Tolong Rara dan Rina tetap disini, bapak mau bicara.”
(Semua siswa keluar ruang kelas kecuali Rara dan Rina)
Guru: “Bapak minta kalian berdua jujur kepada bapak. Kenapa tugas kalian bisa sama persis, bahkan titik dan komanya juga.”
Rara: “Saya mengerjakan karya tulis itu sendiri pak.”
Rina: “Saya juga mengerjakan karya tulis saya sendiri.”
Guru: “Lalu, Mengapa isi dari jawaban ulangan kalian tadi tidak sama dengan isi karya tulis kalian?”
(Lama Rara dan Rina terdiam, takut-takut untuk memulai berbicara)
Rina: “Maaf pak. Kalau saya jujur, apakah kalau saya berkata jujur maka bapak akan memaafkan saya?”
Guru: “Tentu.”
Rina: “Saya mendapatkan materi untuk tugas karya tulis dari internet pak. Saya langsung copy paste dan tidak saya baca lagi. Itulah mengapa ulangan tadi tidak sama dengan isi karya tulis saya.”
Guru: “Baiklah, alasan bisa bapak terima. terus kamu Rara?”
Rara: “Saya minta tolong Reni mengerjakan tugas karya tulis itu pak. Dan kelihatannya dia mencari sumber dari internet.”
Guru: “Kalau begitu tolong panggilkan Reni.”
Rara: “Baik pak.” (Rara pun keluar memanggil Reni)
Reni: “Bapak memanggil saya?”
Guru: “Iya, bapak ingin bertanya, apa benar murid 1 minta tolong pada kamu untuk mengerjakan tugasnya?”
Reni: “Iya pak, maafkan saya pak. Rara bilang dia tidak mengerti tugas dari bapak terlebih dia bilang dia tidak bisa mencari tugas tersebut dari internet karena dia tidak punya uang untuk ke warnet
Guru: “Baiklah kalau begitu. Tugas karya tulis dan ulangan kalian bapak kembalikan. kalian harus membuat karya tulis lagi dan dikumpulkan dalam 3 hari.”
Rina: “Baik pak.”
Rara: “Baik pak, akan saya kerjakan sendiri tugasnya.”
8. Contoh Naskah Drama tentang Kisah Cinta
Semenjak sekolah dasar sampai tingkat atas, Amel dan Wahyu selalu bersama. Karena rumah mereka berdekatan dan keluarga keduanya sudah mengenal satu Sama lain. Sehingga tidak salah jika Amel dan Wahyu selalu berjalan bersama.
Rina: “Mel, kenapa kamu tidak jadian saja Sama Wahyu? Kurang apa coba Wahyu? Ganteng, keren, pintar.”
Amel: “Bukannya aku tidak mau jadian Rin, tapi APA benar kalau cewek duluan yang ngungkapin perasaannya?”
Rina: “Iya juga sih. Wahyu terlihat polos begitu kalau tidak kamu dulu bagaimana kalian bisa berpacaran.”
Amel: “Aku malu Rin.”
Rina: “Kamu juga lugu dan polos Mel.” (Batin Rina)
Wahyu: “Mel, kamu tidak makan siang? Ayo ke kantin bareng?”
Amel: “Aku … aku …”
Rina: “Kita belum makan Yu, kamu ajak Amel aku ada urusan.”
Rina tiba-tiba pergi untuk memberi kesempatan Amel dan Wahyu makan siang bersama di kantin sekolah. Namun di tengah jalan Doni anak orang kaya kakak kelas Amel memanggilnya. Semenjak masuk sekolah, Amel tertarik atas penampilan dan gaya Doni yang keren dan cool.
Doni: “Amel mau ke mana?”
Amel: “Aku mau ke kantin kak.”
Doni: “Aku ada kesulitan untuk tugas bahasa Indonesia.”
Amel: “Kakak Kan sudah kelas 3, sedangkan aku?”
Doni: “Kamu sudah terkenal Pinter mel, tolong ajarin aku ya? Please!”
(Amel terdiam dengan memandang Wahyu yang sudah kelihatan rasa kecewanya.)
Amel: “Nanti sepulang sekolah saja ya kak. Amel mau makan siang dulu.”
Doni: “Aku tunggu di gerbang sekolah.”
Setiba di kantin, Wahyu banyak menasehati Amel untuk menjauhi Doni yang terkenal sebagai cowok playboy. Namun hati Amel sudah kepincut untuk lebih dekat dengan Doni.
Amel: “Tidak usah khawatirkan aku Wahyu. Aku bisa menjaga diri.”
Wahyu: “Aku takut kamu kenapa-kenapa Mel.”
Sepulang sekolah, Doni sudah menunggu dengan motor gedenya di gerbang sekolah.
Wahyu: “Mel, hati-hati Sama Doni.”
Amel: “Iya aku tahu Yu.”
Doni: “Ayo Mel, kita belajar bersama.”
Amel hanya tersipu dan segera naik di motor Doni. Sedangkan Wahyu hanya bisa memandang dari jauh.
Doni: “Mel, aku buatkan puisi untuk tugas Bahasa Indonesia hari ini?”
Amel: “Kakak tidak bisa buat puisi?”
Doni: “Tidak. Aku saja tidak paham.”
Amel: “Puisi itu keindahan kata-kata yang disusun dengan bahasa yang indah dan bermakna.”
Sampai menjelang sore Amel belajar bersama dengan Doni. Hal tersebut sudah berulang-ulang sampai beberapa kali. Mereka berdua diam-diam menjalin cinta di belakang Wahyu. Setiap sepulang sekolah Wahyu tidak pernah bertemu Amel lagi.
9. Contoh Naskah Drama tentang Kebersamaan
Suatu hari lima sekawan sedang bermain bola di lapangan desa tempat mereka tinggal. Mereka memang sering bermain bola sore hari di lapangan tersebut. Saat ini, mereka sedang beristirahat di pinggir lapangan.
Bayu: “Dod, kamu dibawakan bekal apa oleh ibumu?” (sambil membuka kotak bekalnya).
Dodi: “Aku dibawakan bekal ayam goreng ini. Kalau kamu, Bay?”
Bayu: “Aku dibawain bekal udang besar sama bundaku. Soalnya kemarin ayahku menangkap udang bersama ayah Ehsan.”
Dodi: “Jadi, bekalmu juga juga pakai udang, San?”
Ehsan: “Iya, Dod. Aku sama dengan Bayu.” (tersenyum semringah).
Dodi: “Waaahhh enaknya… aku juga suka sekali udang. Kalau kamu, Ham?”
Ilham: “Aku dibawakan sayur daun ubi dengan ikan sambal, Dod. Makanan kesukaanku.”
Dodi: “Wahhh, itu juga tak kalah enaknya. Kalau kamu, Ton?”
Anton: (tersenyum meringis) “Aku tidak membawa bekal. Ibuku pagi-pagi sekali sudah bekerja karena abangku akan masuk SMA. Oleh karena itu, ayah dan ibu harus giat mencari uang. Jadi, ibuku tak sempat memasakkan aku dan membawakanku bekal (sedih).”
Dodi: “Ya sudah, Ton. Kamu masih bisa kok makan bersama kami.”
Anton: “Maksudnya?”
Ehsan: “Bagaimana kalo kita ramai-ramai makannya biar Anton juga bisa makan, makanan kita.”
Ilham: “Bagaimana caranya?”
Ehsan: “Begini saja, bagaimana kalau kita memakan menggunakan daun pisang? Jadi, makanan kita nantinya dituang ke daun pisang itu. Biar kita semua bisa makan bareng-bareng.”
Dodi: “Ide bagus tuh. Ayo!”
Ilham dan Bayu mengambil daun pisang yang tak jauh dari tempat mereka. Mereka semua menuangkan makanannya di daun pisang tersebut. Mereka makan dengan lahap.
Anton: “Terima kasih ya teman-teman. Cuma kalian teman yang mengerti keadaanku.”
Bayu: “Siap. Santai aja, Ton (tersenyum).”
10. Contoh Naskah Drama tentang Masa Depan
Ilham, Mamad, Zahra, Rira, Alan, dan Intan adalah 6 orang yang sudah bersahabat sejak sekian lama.
Berbeda dengan keempat temannya, sikap dan kepribadian Rira dan Alan sangat kontras dengan pemikiran Ilham, Mamad, Zahra, dan Intan.
Pada suatu hari ketika mereka sedang bertemu, Rira dan Alan mendapat teguran dari teman-temannya lantaran sikapnya masih saja seperti anak kecil.
Ilham: “Apa sih yang harus kita lakukan supaya keinginan kita itu nantinya bisa terealisasi dan tidak hanya sekedar mimpi saja? (sambil melirik ke arah Rira dan Alan).”
Mamad: “Ya tentunya harus banyak sekali yang harus kamu lakukan! Sederhananya, misalkan dari sekarang, kamu harus mulai menata kehidupan dan kepribadian kamu lebih dewasa lagi!”
Jawaban Mamad sejatinya ditunjukan kepada Riri dan Alan. Pasalnya, sebagai sahabat ia ingin membuat sahabatnya bersikap lebih baik lagi dan sama-sama belajar untuk memahami dan menghormati karakter masing-masing, agar pertemanan tetap terjalin.
11. Contoh Naskah Drama Musikal
Rana merupakan salah satu siswi sebuah SMA yang sangat berbakat dibidang seni, musik dan sastra. Karya-karyanya selalu mengisi mading sekolah dan dimuat di beberapa koran dan majalah. Hari ini Rana kedatangan teman-teman sekolah yang ingin melihat karya-karya lain Rana yang belum dipublikasikan.
*Di rumah Rana*
Rana: “Silakan masuk teman-teman. Maaf rumah saya sempit.”
Difka: “Maaf juga sebelumnya kita merepotkanmu, Rana.”
Rana: “Tidak apa-apa teman-teman, justru saya senang kalian berkunjung ke rumahku dan tertarik melihat karyaku.”
Aina: “Kamu memang hebat Rana!Puisi yang kamu buat selalu menyentuh hati siapa saja yang membacanya”
Rana: “Bisa saja kamu Aina. Saya juga masih belajar. Karyaku masih tidak seberapa dengan karya para sastrawan lainnya.”
Anya: “Kalau terus diasah, suatu saat kamu juga dapat menyaingi para sastrawan yang terkenal itu.”
Zahra: “Iya Rana. Kami juga mau melihat karya-karyamu yang belum dipublikasikan, boleh?”
Endita: “Sekalian juga kita ingin belajar kepadamu, supaya nilai pelajaran sastra kita naik.”
Fina: “Aku juga ingin diajarkan membuat puisi yang bagus supaya nanti jika ada ujian sastra aku tidak kesulitan.”
Rana: “Boleh saja teman-teman. Ayo masuk ke kamarku!Disana banyak karya-karyaku yang telah kusimpan dan belum dipublikasikan.”
Mereka semua kemudian masuk ke kamar Rana.
Indah: “Wah, ternyata kamu juga sangat pandai melukis ya,Rana. Kenapa kamu tidak memasang lukisanmu juga di mading sekolah? Pasti banyak yang suka.”
Rana: “Sebenarnya itu lukisan terakhirku, ayahku tidak suka melihatku melukis dan meminta kepadaku untuk fokus sekolah dulu karena aku selalu menghabiskan waktu melukis berjam-jam dan lupa belajar.”
Fina: “Lalu, bagaimana dengan karyamu yang lain seperti puisi dan karya sastra lainnya?”
Rana: “Kalau soal itu, ayahku tidak mengetahui karena kalau membuat puisi dan karya sastra lainnya, ayahku menganggap aku sedang belajar.”
Gita: “Lalu,bagaimana dengan ibumu?”
Rana: “Kalau ibuku setuju saja serta membiarkanku mengembangkan bakat dan minatku.”
Kartika: “Aku dengar kamu juga pintar menyanyi ya,Rana?”
Rana: “Tidak sepintar itu, hanya saja aku sering menulis lirik lagu dan menyanyikannya menggunakan gitar kesayanganku.”
Tiara: “Kamu memang hebat Rana!Selain pintar sastra juga pintar memainkan alat musik gitar.”
Anya: “Coba nyanyikan salah satu lagu ciptaan mudong,Rana! Kami ingin mendengarkannya!”
Rana: “Saya tidak terlalu pandai menyanyi teman-teman. Saya hanya menciptakan lirik dan membuat arasemen musiknya.”
Zahra: “Ayolah Rana, jangan malu-malu.”
Rana: “Baiklah.”
Rana mulai memetik senar gitar dan menyanyikan sebuah lagu karyanya. Teman-teman yang lain hanya mendengarkan dan menikmati suara Rana yang beradu dengan suara petikan senar gitar. Setelah Rana mengakhiri lagunya, semua teman-temannya memberikan tepuk tangan yang meriah.
12. Contoh Naskah Drama 4 Orang tentang Lomba Masak
Lomba Masak
Reni, Ria, Untari, dan Susi sedang duduk-duduk di teras rumah Ria. Di atas meja terhidang minuman dan sepiring pisang goreng. Peristiwa itu terjadi pada suatu sore hari.
Reni: “Bagaimana Ri, kau sudah mendapat ide?”
Ria: (Penuh tanda tanya). “Sebetulnya sudah, tapi… apakah kalian setuju dengan ideku ini?”
Untari dan Susi: (Hampir bersamaan). “Coba katakan, apa idemu?”
Ria: “Begini (diam sebentar). Kita buat saja masakan dari bahan-bahan yang ada di sekitar kita. Kebetulan kami panen pisang dan singkong, kemarin. Nah, kita bisa memanfaatkan kedua bahan itu.”
Untari: “Tapi… apakah masakan kita tidak memalukan? Sebab, singkong dan pisang hanya bahan murah.”
Susi: “Benar pendapat Untari, tentunya kelompok kita akan membuat masakan dari bahan yang lebih baik dan lebih mahal.”
Reni: “Tetapi aku setuju dengan pendapat Ria. Dengan bahan yang sederhana kita pun dapat membuat makanan yang enak. Kebetulan kakakku pernah membuat makanan dari bahan singkong dan pisang. Jadi, kita dapat belajar dari dia.”
Ria: “Ya, ibuku pun pernah memasaknya, dan hasilnya… Kami semua senang.”
Untari: (Bernada khawatir). “Tapi… Bagaimana dengan kelompok lain?”
Susi: “Wah, mereka pasti akan memasak makanan yang enak dan mahal.”
Reni: “Ah, makanan mahal belum tentu enak rasanya. Dan kita harus mengingat kemampuan kita.”
Ria: “Betul kata Reni, sebaliknya makanan yang murah belum tentu tidak enak. Maka, sekarang kita putuskan saja, kelompok kita, kelompok II, akan membuat makanan dari bahan singkong dan pisang.”
Reni: “Ya, aku setuju, bagaimana Untari, dan kau Susi?”
Untari: (Bernada pasrah). “Bisa begitu… Ya sudahlah, aku setuju.”
Susi: “Aku juga setuju.”