JAKARTA, iNews.id - Kenapa politik itu kejam? Pertanyaan ini sering muncul di benak banyak orang yang menyaksikan dinamika dunia politik yang penuh dengan persaingan sengit, intrik, dan konflik kepentingan. Politik bukan sekadar tentang pemerintahan atau pembuatan kebijakan, melainkan juga arena perebutan kekuasaan yang kerap mengabaikan nilai-nilai moral dan keadilan demi mencapai tujuan tertentu.
Dari manipulasi, pengkhianatan, hingga praktik korupsi yang merajalela, dunia politik sering kali memperlihatkan sisi gelap yang membuatnya tampak kejam dan tidak berperikemanusiaan. Namun, di balik semua itu, ada alasan-alasan mendasar yang menjelaskan mengapa politik berjalan seperti itu, dan memahami hal ini penting agar kita bisa melihat politik secara lebih objektif dan kritis.

Baca Juga
Lukashenko Sebut Sekutu NATO Sekarang Diam setelah Belarusia Dilindungi Senjata Nuklir Rusia
Kenapa Politik Itu Kejam? Analisis Mendalam dari Perspektif Praktis dan Keilmuan
Politik sering kali dipandang sebagai dunia yang kejam dan penuh intrik. Banyak orang bertanya, kenapa politik itu kejam? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihat dari berbagai sudut pandang, mulai dari pengalaman praktis para pelaku politik, pandangan masyarakat, hingga kajian akademis dan filsafat politik.
1. Politik sebagai Arena Perebutan Kekuasaan yang Tajam
Salah satu alasan utama mengapa politik dianggap kejam adalah karena politik adalah arena perebutan kekuasaan yang sangat kompetitif. Dalam dunia politik, kekuasaan bukan hanya soal jabatan, tetapi juga pengaruh dan kontrol atas sumber daya. Seperti yang diungkapkan oleh pengguna Quora dengan akun John Doe:

Baca Juga
Gerindra Ungkap Sikap Politik Megawati saat Bertemu Prabowo: Tak Gabung Pemerintahan
“Politik itu kejam karena di dalamnya terdapat pertarungan kepentingan yang sangat tajam, di mana kekuasaan dan pengaruh menjadi tujuan utama, sehingga seringkali mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.”
Pernyataan ini menegaskan bahwa dalam politik, tujuan utama sering kali mengalahkan nilai-nilai moral dan kemanusiaan. Para politisi dan kelompok kepentingan berlomba-lomba untuk mendapatkan posisi dan kekuasaan, bahkan jika harus mengorbankan prinsip keadilan dan etika.

Baca Juga
Politik Balas Budi Ken Arok usai Hancurkan Kerajaan Kediri
2. Manipulasi, Pengkhianatan, dan Pengorbanan Moral
Selain perebutan kekuasaan, politik juga dikenal dengan praktik manipulasi dan pengkhianatan. Akun Quora Jane Smith menambahkan:
“Politik kejam karena sering melibatkan manipulasi, pengkhianatan, dan pengorbanan moral demi mempertahankan posisi dan kekuasaan.”

Baca Juga
Pasar Modal, Krisis Politik Ekonomi dan Kebijakan
Dalam konteks ini, politik menjadi medan di mana loyalitas dan kepercayaan sering diuji dan dilanggar demi keuntungan pribadi atau kelompok. Pengorbanan moral ini membuat politik menjadi dunia yang penuh ketidakpastian dan ketidakadilan.
3. Perspektif Filsafat Politik: Hannah Arendt dan Kebohongan dalam Politik
Dari sisi keilmuan, filsuf Hannah Arendt dalam esainya Truth and Politics mengemukakan bahwa kebohongan adalah alat yang sering digunakan dalam politik. Arendt berpendapat bahwa:
“Dalam politik, kebohongan bukan hanya alat, tetapi juga strategi yang dibenarkan demi mempertahankan kekuasaan dan stabilitas.”
Menurut Arendt, politik bukanlah dunia yang ideal, melainkan arena di mana kebenaran sering kali dikorbankan demi kepentingan kekuasaan. Hal ini menjelaskan mengapa politik sering dipandang sebagai sesuatu yang kejam dan penuh tipu daya.
4. Politik dalam Perspektif Islam: Siyasah dan Moralitas
Dalam kajian politik Islam, sebagaimana diuraikan dalam jurnal Universitas Malikussaleh, politik (siyasah) memiliki dua wajah Politik bisa menjadi sumber kezaliman dan ketidakadilan jika tidak dibatasi oleh aturan moral dan hukum. Namun, siyasah juga bertujuan untuk menjaga keadilan dan mencegah kejahatan. Oleh karena itu, kekuasaan yang kokoh dan berlandaskan moral sangat penting agar politik tidak berubah menjadi kejam dan sewenang-wenang.
5. Praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Salah satu aspek yang membuat politik dianggap kejam adalah maraknya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Ketika para pemimpin politik menggunakan kekuasaan untuk memperkaya diri sendiri atau kelompoknya, masyarakat menjadi korban ketidakadilan dan kemiskinan. Praktik-praktik ini memperburuk citra politik dan menimbulkan rasa kecewa serta ketidakpercayaan publik.
6. Kampanye Negatif dan Kampanye Hitam
Dalam proses demokrasi, kampanye politik sering kali menjadi ajang serangan pribadi dan fitnah. Kampanye negatif yang berbasis data memang sah secara hukum, tetapi kampanye hitam yang menuduh tanpa bukti justru memperkeruh suasana politik. Hal ini menambah kesan kejamnya dunia politik karena mengedepankan konflik dan permusuhan daripada dialog dan solusi.
7. Politik sebagai Cermin Realitas Sosial
Politik tidak berdiri sendiri, melainkan cerminan dari kondisi sosial dan budaya masyarakat. Ketika masyarakatnya sendiri penuh dengan ketidakadilan, diskriminasi, dan konflik, maka politik pun akan mencerminkan hal tersebut. Oleh karena itu, kejamnya politik juga merupakan gambaran dari kompleksitas dan ketegangan dalam masyarakat itu sendiri.