Sukoharjo, Infojateng.id – Pada era digitalisasisaat ini, Kelompok Wanita Tani (KWT) harus mampu memanfaatkan teknologi untuk mendukung produktivitas kegiatan KWT.
Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, mahasiswa KKN IDBU-08 Undip melakukan digitalisasi di lokasi KWT Guyub Rukun, Kelurahan Jombor, Kabupaten Sukoharjo, baru-baru ini.
Caranya yakni dengan membuat QR Code yang berisi nama tanaman, deskripsi tanaman, cara budidaya, manfaat, dan produk olahan yang dihasilkan.
Tujuannya untuk mempermudah anggota KWT dan masyarakat sekitar dalam mengenali jenis tanaman dan bagaimana cara budidaya tanaman tersebut. QR Code hadir untuk membantu beberapa permasalahan yang dihadapi.
“Selama ini kami hanya menanam, tapi tidak semua tahu kegunaan atau cara mengolahnya. Dengan adanya QR Code ini, kami jadi lebih paham dan bisa menjelaskan ke orang lain,” kata Ketua KWT Guyub Rukun Kelurahan Jombor, Kabupaten Sukoharjo, Ngatini, Minggu (20/7/2025).
Pengabdian ini melibatkan mahasiswa Undip dari berbagai disiplin ilmu yakni Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Peternakan dan Pertanian, dan Sekolah Vokasi.
Melalui program yang telah disusun, mahasiswa melaksanakan penyuluhan kepada anggota KWT dan masyarakat sekitar, mengenai pemasangan QR Code pada setiap tanaman di lokasi KWT dan bagaimana cara kerja serta manfaat keberadaan QR Code tersebut.
Selain memperkenalkan digitalisasi KWT melalui pemasangan QR Code, mahasiswa KKN-T Undip juga memperkenalkan hasil olahannya yang berupa permen dan jelly berbahan dasar lidah buaya dengan nama produk De Alove.
Produk olahan lidah buaya ini diciptakan sebagai solusi bagi masyarakat yang belum menyadari manfaat kesehatan dari lidah buaya jika dikonsumsi.
Hadirnya produk olahan dari lidah buaya juga menjadi potensi bagi anggota KWT Guyub Rukun, untuk kegiatan produktif lainnya yang mampu dikembangkan menjadi usaha skala rumah tangga.
Lidah buaya mudah ditemukan di lingkungan sekitar dan relatif gampang ditanam. Hal ini menjadi salah satu keunggulan yang dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Program ini diharapkan mampu menjadi pendorong bagi pengembangan ekonomi kreatif berbasis potensi lokal, sehingga masyarakat tidak hanya bergantung pada satu jenis produk, melainkan dapat mengembangkan berbagai produk unggulan daerah yang berkelanjutan.
Transformasi lidah buaya, dari tanaman pekarangan menjadi produk bernilai ekonomi tinggi, membuktikan dengan inovasi sederhana, potensi lokal dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya anggota KWT.
“Kalau bukan kalian yang memulai, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Potensi lokal adalah harta yang tinggal kita gali. Ibarat menanam benih, kita perlu sabar, tekun, dan percaya bahwa hasilnya akan berguna untuk semua,” kata Lurah Jombor, Wiyarsi.
Dengan semangat kolaborasi dan keberlanjutan, program ini diharapkan dapat menjadi contoh nyata dalam pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi dan inovasi lokal demi terciptanya kemandirian dan kesejahteraan bersama. (eko/redaksi)