Semarang, Infojateng.id – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Wihaji, menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) bersama Rektor Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, Prof Dr Helmy Purwanto.
Penandatanganan MoU yang dilakukan di Unwahas pada Selasa (22/7/2025) itu, merupakan kali pertama yang dilakukan Wihaji di lingkungan kampus.
“Biasanya penandatanganan seperti ini dilakukan di Kementerian. Ini merupakan kehormatan bagi kami. Terima kasih kepada Unwahas,” ujar Wihaji, di hadapan para mahasiswa dan civitas akademika.
Usai penandatanganan MoU, agenda dilanjutkan dengan penandatanganan kerja sama antara Perwakilan BKKBN Jawa Tengah dan Unwahas.
Kesepakatan tersebut ditandatangani oleh Kepala Perwakilan BKKBN Jateng, Eka Sulistia Ediningsih dan Kepala LPPM Unwahas, Agus Riyanto.
Dalam sambutannya, Wihaji yang juga menjabat sebagai Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga RI ini banyak berbicara soal kondisi kependudukan Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa tingkat kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR) Indonesia saat ini berada di angka ideal, sekitar 2,0 hingga 2,1. Bahkan, di DKI Jakarta TFR sudah turun ke angka 1,5.
“Artinya, rata-rata keluarga di Indonesia punya dua anak. Ini menjanjikan keberlanjutan generasi. Kita bandingkan dengan Jepang, yang TFR-nya sudah 0,5. Di sana tingkat kelahiran justru minus, dan itu jadi persoalan besar,” ungkap Wihaji.
Namun, tantangan lain pun muncul. Saat ini, kata dia, kondisi demografis Indonesia menunjukkan bahwa satu orang produktif harus ‘menggendong’ 20 orang lainnya.
Meski Indonesia tengah berada di puncak bonus demografi dengan 70,2 persen penduduk dalam usia produktif dari total 286 juta jiwa, banyak dari mereka yang belum benar-benar ‘berproduksi’.
“Usia produktif di Indonesia itu 14 sampai 65 tahun. Kita ambil angka 14 tahun karena pendidikan dasar di Indonesia sembilan tahun. Tapi meskipun usianya produktif, tidak semuanya bekerja atau menghasilkan,” ujarnya.
Wihaji juga menegaskan bahwa peran BKKBN sudah jauh melampaui urusan kontrasepsi atau sekadar program Keluarga Berencana (KB).
“Saya menganggap KB sudah selesai, meskipun di beberapa daerah masih ada tantangan,” ucapnya.
Dikatakan Wihaji, sekarang BKKBN juga menyiapkan alat kontrasepsi, kecuali kondom yang seluruhnya masih impor.
Lebih dari itu, ia menggarisbawahi pentingnya peran keluarga sebagai fondasi utama dalam membangun bangsa.
Dia bilang, berbagai masalah sosial seperti korupsi, penyalahgunaan teknologi, hingga perilaku seksual menyimpang, semuanya berakar dari kondisi keluarga.
“Kita harus mulai membangun dari keluarga. Karena sehebat-hebatnya jabatan, sekaya-kayanya seseorang, ketika meninggal dunia, yang mengurus tetap keluarga,” tutup Wihaji dengan penuh makna.
Penandatanganan kerja sama ini diharapkan menjadi langkah awal kolaborasi strategis antara Unwahas dan BKKBN dalam mewujudkan keluarga Indonesia yang tangguh, sehat, dan berdaya di tengah tantangan zaman. (eko/redaksi)