Brain Rot: Fenomena Media Sosial yang Mengancam Kesehatan Mental

1 week ago 14

Infojateng.id –  Di era digital yang semakin berkembang, istilah Brain Rot atau “pembusukan otak” menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial.

Istilah ini menggambarkan penurunan fungsi kognitif akibat konsumsi konten digital yang tidak berkualitas dan berulang-ulang.

Bahkan, menurut Oxford,Brain Rot menjadi “Word of the Year 2024”.

Namun, apakah fenomena ini benar-benar berbahaya? Bagaimana dampaknya terhadap kesehatan mental dan kehidupan sehari-hari?

Apa Itu Brain Rot?

Meskipun tidak ditemukan dalam terminologi psikologi resmi, Brain Rot merujuk pada penurunan kemampuan berpikir kritis, daya ingat, dan fungsi eksekutif akibat paparan konten media sosial yang dangkal.

Konten seperti prank, tantangan ekstrem, dan video pendek yang hanya berfokus pada sensasi bukan substansi, disebut sebagai pemicu utama fenomena ini.

Menurut para psikolog, paparan konten semacam ini dapat menyebabkan:

  1. Menurunnya daya ingat
  2. Kehilangan fokus dan konsentrasi
  3. Penurunan kemampuan analisis
  4. Tidak berkembangnya kemampuan berpikir kritis dan kompleks
  5. Ketergantungan pada validasi sosial

Mengapa Media Sosial Bisa Menyebabkan Brain Rot?

Media sosial adalah pisau bermata dua. Di satu sisi, ia memberikan akses ke informasi dan edukasi, tetapi di sisi lain, penggunaan yang tidak terkontrol dapat berdampak negatif.

Konten yang hanya berorientasi pada hiburan instan membuat otak terbiasa dengan stimulus cepat dan tanpa tantangan berpikir yang mendalam.

Bagaimana Brain Rot Mempengaruhi Kehidupan Sehari-hari?

  1. Gangguan Kognitif
  • Menurunnya daya ingat dan kesulitan dalam pengambilan keputusan.
  • Tidak terbiasa menganalisis informasi secara mendalam.
  1. Gangguan Emosi
  • Mudah stres dan cemas akibat paparan informasi yang tidak sehat.
  • Mengalami ketergantungan pada media sosial sebagai bentuk eskapisme.
  • Mudah frustrasi ketika keinginannya tidak terpenuhi
  1. Dampak Sosial
  • Berkurangnya interaksi sosial yang bermakna.
  • Kurang mampu menyelesaikan konflik dengan komunikasi yang efektif.

Bagaimana Cara Mencegah Brain Rot?

Untuk menghindari dampak negatif Brain Rot, kita perlu mengatur penggunaan media sosial secara bijak. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  1. Batasi waktu penggunaan media sosialPakar menyarankan penggunaan media sosial sebaiknya tidak lebih dari 1-1,5 jam sehari.
  2. Pilih konten yang berkualitasKonsumsi informasi dari sumber terpercaya dan kurangi konten yang hanya menawarkan hiburan instan.
  3. Latih keterampilan berpikir kritisCoba biasakan membaca artikel, buku dan literasi, mengikuti diskusi mendalam, atau melakukan refleksi terhadap informasi yang diterima.
  4. Tingkatkan interaksi sosial di dunia nyataLuangkan lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan keluarga dan teman secara langsung.

Apakah Anda atau Orang Terdekat Terkena Dampak Brain Rot?

Jika merasa sulit berkonsentrasi, sering lupa, atau mengalami kecemasan berlebihan akibat media sosial, mungkin saatnya untuk mengurangi konsumsi konten digital dan mencari bantuan profesional.

Di Indonesia, Anda dapat mengakses layanan psikologi di berbagai fasilitas kesehatan, termasuk Klinik Psikologi RS Marzoeki Mahdi, yang memiliki layanan konsultasi untuk anak, remaja, dan dewasa.

Jika Anda membutuhkan bantuan segera, layanan hotline healing119.id juga dapat diakses untuk dukungan pertama.

Brain Rot bukan sekadar tren media sosial, tetapi fenomena nyata yang berdampak pada kesehatan mental dan kognitif.

Dengan penggunaan media sosial yang lebih bijak dan kesadaran akan konten yang dikonsumsi, kita dapat mencegah dampak negatifnya dan menjaga kesehatan otak di era digital ini.

Jangan biarkan otak Anda “membusuk” karena konten tidak berkualitas! Pilih informasi yang membangun dan tetap jaga kesehatan mental Anda. (eko/redaksi)

Penulis:Artika Mulyaning Tyas, S.Psi, M.Psi, seorang Psikolog lulusan Universitas Islam Bandung.

Read Entire Article
Kabar Jateng | InewS | | |