Kota Pekalongan, Infojateng.id – Warga terdampak banjir di wilayah Kecamatan Tirto mendapat layanan medis secara cuma-cuma dari Dinas Kesehatan Kota Pekalongan.
Layanan kesehatan tersebut diberikan di salah satu posko pengungsian warga di Kantor Kecamatan Pekalongan Barat.
Petugas Puskesmas Tirto, Dina Maryani, mengungkapkan, pihaknya memberikan pemeriksaan dan pengobatan gratis bagi warga terdampak, sejak Kamis (30/1/2025) lalu.
“Sampai hari ini, jumlah pasien yang datang cukup banyak. Mayoritas mengeluhkan penyakit seperti batuk, pilek, pusing, dan gatal-gatal,” ujar Dina, saat ditemui di Posko Pengungsian Kecamatan Pekalongan Barat, Senin (3/2/2025).
Menurutnya, kondisi di posko pengungsian yang masih serba terbatas, menjadi salah satu faktor penyebab munculnya gangguan kesehatan pada pengungsi.
Kurangnya fasilitas tidur yang layak serta paparan udara dingin di malam hari, membuat warga lebih rentan terkena masuk angin dan penyakit lainnya.
“Di posko pengungsian, kondisi masih seadanya. Banyak warga tidur di bawah tanpa alas yang cukup nyaman, sehingga mereka mudah masuk angin,” jelasnya.
Pihaknya mengimbau para pengungsi untuk tetap menjaga kesehatan, mengenakan pakaian hangat, serta memastikan asupan makanan dan minuman yang cukup.
Ditambahkan, tim medis dari Puskesmas Tirto menyediakan obat-obatan secara gratis bagi warga yang membutuhkan.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 11.00 WIB, atau menyesuaikan dengan jumlah masyarakat yang datang.
“Kami berupaya memberikan pelayanan semaksimal mungkin. Jika jumlah pasien yang datang cukup banyak, kami akan menyesuaikan waktu pelayanan, agar semua bisa mendapatkan pemeriksaan,” beber Dina.
Dari pemeriksaan yang dilakukan, imbuhnya, sebagian besar pasien yang datang adalah orang dewasa dan lansia.
Hingga saat ini, pihaknya belum menemukan kasus penyakit berat yang memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih besar.
“Sampai saat ini, sakit yang diderita warga masih tergolong ringan. Kebanyakan adalah penyakit akibat perubahan cuaca dan kondisi lingkungan yang kurang mendukung,” ungkapnya.
Terhitung sampai dengan Senin (3/2/2025), sebanyak 290 orang warga Kecamatan Tirto masih bertahan di posko pengungsian.
Rinciannya, 189 orang pengungsi di Aula Kantor Kecamatan Pekalongan Barat, 29 orang di Musala Al-Munir RW 08 Kampung Baru Kelurahan Tirto, dan 72 orang di Masjid Al-Ikhlas Sidomulyo Kelurahan Pasirkratonkramat (PKK).
Sementara Camat Pekalongan Barat, M Natsir mengungkapkan, ratusan orang bertahan di beberapa posko pengungsian karena kondisi banjir di wilayahnya belum surut, dan rumah mereka masih terendam banjir cukup tinggi.
Hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi masih terjadi di Kota Pekalongan, sejak Rabu (29/1/2025) sampai Senin (3/2/2025).
“Kondisi banjir di pemukiman warga masih cukup tinggi, karena curah hujan tinggi masih terjadi, yang mengakibatkan Sungai Bremi-Meduri masih limpas ke pemukiman, terutama di Kampung Baru Tirto dan Sidomulyo PKK. Ketinggian banjirnya sudah mendekati atap rumah,” ucap Natsir.
Menurutnya, mayoritas pengungsi dalam keadaan sehat. Hanya beberapa orang, terutama lansia yang mengeluhkan mual, demam, dan gatal-gatal. Mereka telah ditangani oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas Tirto.
Lebih lanjut, kebutuhan logistik pengungsi dapat dipenuhi oleh instansi terkait, dan bantuan dari para donatur.
“Terkait pemenuhan logistik bagi para pengungsi, alhamdulillah, sudah ter-cover dengan baik oleh Dinsos-P2KB Kota Pekalongan dan para donator, seperti makan sehari tiga kali, camilan, mi instan, pakaian layak pakai, susu, hingga kebutuhan popok bayi dan pembalut wanita,” bebernya.
Pengungsi dari Kampung Baru Tirto, Slamet Tafsir, mengungkapkan, dirinya mengungsi di Aula Kecamatan Pekalongan Barat sejak Kamis (30/1/2025).
Ia bersama keluarganya terpaksa bertahan di posko pengungsian, karena rumahnya masih tergenang air.
“(Saya) mengungsi bersama istri, anak dan cucu. Di rumah kosong, karena tidak ada tempat aman, semua barang termasuk kasur sudah ditaruh di atas meja. Rumah saya dengan aliran Sungai Bremi-Meduri jaraknya sekitar 10 meteran,” ungkap lansia berusia 60 tahun tersebut.
Ditambahkan, kebutuhannya sebagai pengungsi telah dicukupi oleh Pemerintah Kota Pekalongan.
“Alhamdulillah, di sini logistik terpenuhi, makan sehari tiga kali, ada layanan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis juga untuk pengungsi,” tandas Slamet. (eko/redaksi)